Thursday, August 17, 2017

BAB 12-Kekacauan


Trasan Hilram baru beberapa bulan menggantikan posisi ayahnya yang mangkat sebagai Raja dari Kerajaan Hilram. Walaupun baru menjabat menjadi raja, namun Trasan Hilram tergolong raja yang pintar dan bijaksana. Ia memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara maupun kekuatan lain disekitar kerajaannya dengan mengirimkan hadiah, ia juga menurunkan pajak selama 1 tahun sebagai tanda duka cita terhadap kematian ayahnya padahal maksud sebenarnya agar tidak terjadi pemberontakan di wilayah kerajaannya. Singkat kata, Trasan Hilram dianggap layak sebagai pengganti ayahnya dan seluruh rakyatnya bersemangat melihat masa depan kerajaan Hilram dibawah kendali Trasan.

Suatu hari, ketika Trasan Hilram sedang mengadakan rapat ekonomi dengan para menterinya, seorang wanita bertudung menerobos masuk dan melumpuhkan pasukan pengawalnya. Kekuatan wanita itu sangat mengerikan, walaupun ia tidak bisa membunuh Trasan Hilram namun ia bisa keluar masuk istana dengan mudah. Namun, yang membuat Trasan penasaran, wanita itu membawa seorang pria, yang sangat dikenal Trasan, seakan pria itu adalah benda mati.

“Senior yang terhormat,” ujar Trasan Hilram sopan, bagaimanapun ia tidak ingin bermusuhan dengan seorang pendekar kuat, “Kalau boleh tahu siapa anda dan kenapa adikku, Rio, bisa bersama anda?”

“Huh!” Windi Aura tidak menjawab, ia hanya mendengus dan melemparkan Rio ke Trasan.

Melihat tubuh adiknya dilempar dengan mudah, Trasan menggunakan ilmu silatnya untuk mengalihkan kekuatan Windi Aura agar adiknya tidak terluka. Akan tetapi kekuatan Windi Aura jauh melebihi perkiraan Trasan, tubuh adiknya melekat ditangannya dan tenaga Qi mulai menjalar ke tubuh Trasan.

“Yang mulia raja!”

2 orang jenderal langsung melesat ke Trasan dan menempelkan tangannya ke punggung Trasan guna mengalirkan Qi. Effeknya langsung terasa. Qi yang menerjang masuk ke tubuh Trasan perlahan mulai memudar dan tubuh Rio mulai terasa hangat.

“Ilmu bagus,” puji Windi Aura, namun ia tidak berkata apa-apa lagi dan langsung melesat keluar.

Trasan Hilram yang melihat Windi Aura menghilang hanya bisa mendesah lega. Ia kemudian memperhatikan kondisi Rio.

“Ada apa dengannya?” Tanya Trasan bingung, “Cepat panggil tabib!”

Windi Aura tersenyum di kejauhan. Pangeran keenam Kerajaan Hilram, Rio Hilram, memang masih hidup. Namun, pikiran dan alam bawah sadarnya telah dirusak oleh Windi Aura. Seumur hidupnya ia akan menjadi orang idiot yang tidak tahu apa-apa lagi.

“Tahap kelima telah berhasil,” ujar Windi Aura puas, “Lagipula, berani-beraninya ia menyentuh anak perempuanku!”


Suasana Kuil Hati Kudus berubah menjadi mencekam ketika Ketua Yori Aura menceritakan situasi yang terjadi, termasuk mengenai pembunuhan Awan Biru, yang mana jenazahnya belum juga diketemukan. Wajah semua orang di Kuil Nimia berubah menjadi pucat ketika cerita Ketua Yori selesai, bahkan Tetua Kelima tanpa sungkan-sunggkan mengeluarkan aura Kaisar Intinya karena marah.

“Adik, tenanglah dahulu,” Ujar Tetua keempat, yang walaupun wajahnya terlihat menahan marah namun masih bisa mengendalikan diri, “Situasinya masih belum jelas, kita tidak bisa bertindak gegabah!”

Ketua Yori dan para tetua lainnya hanya bisa menundukkan kepala dihadapan kemarahan para Tetua Kuil Nimia. Bagaimanapun perbedaan kekuatan mereka bagaikan bumi dan langit,1 tetua inti saja bisa menghancurkan Kuil Hati Kudus, apalagi seorang Tetua Utama seperti Tetua Kelima ini.

“Kau benar, kakak,” Ujar Tetua Kelima menarik napas, “Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang? Waktu kita tidak banyak!”

Tetua keempat mengangguk, ia setuju kalau waktu yang mereka miliki tidak banyak.

“Kau bawalah 3 Tetua Inti dan 47 Murid ke Kerajaan Hilram,” Kata Tetua Keempat, “Jika dugaanku benar, wanita tersebut pasti akan melindungi Rio hingga kembali ke kerajaannya. Tapi ingat, jangan sembarangan membunuh sampai kita tahu situasi sebenarnya!

“Baiklah!” Seru Tetua Kelima membalikkan badan dan menunjuk orang-orang pilihannya untuk naik ke atas Elang Raksasa dan langsung melesat meninggalkan Kuil Hati Kudus.

“Risa Biru,” Ujar Tetua Keempat.

“Paman,” Risa Biru maju menghadap Tetua Keempat.

Perasaan Risa Biru berada dalam kekalutan yang sangat dahsyat, ia tidak menyangka kalau Suami, para guru dan saudara-saudaranya berada dalam situasi yang sangat berbahaya. Namun Risa Biru menguasai ilmu silat yang membuat perasaannya susah terlihat dari luar, hanya Ketua Yori dan Tetua keempat yang mengetahui pergolakan batinnya.

“Bawa 100 Murid Kuil Nimia dan murid-murid Hati Kudus ke dasar jurang,” Kata Tetua Keempat, “Kau mengetahui wilayah ini lebih baik dibandingkan kami semua, kuharap kau dapat menemukan suamimu!”

Walaupun terdengar sopan namun sesungguhnya Tetua Keempat menekan Risa Biru untuk menemukan Awan secepat mungkin. Walaupun begitu Risa Biru mengangguk dengan sungguh-sungguh dan langsung bergerak cepat.

“Kalian yang tersisa,” Ujar Tetua keempat kepada rombongan Kuil Nimia sisanya, “Tugas kalian adalah menjaga Kuil Hati Kudus dengan sungguh-sungguh! Tanpa seijin dariku tidak ada yang boleh keluar atau masuk Kuil Hati Kudus hingga batas waktu yang belum ditentukan. Jika ada yang melanggar, maka kalian boleh membunuh orang tersebut!”

“Siap menerima perintah!” Ujar para Murid Kuil Nimia.

Ketua Yori dan para tetua lainnya langsung pucat pasi mendengar perintah Tetua Keempat, kini mereka merupakan tahanan di rumahnya sendiri! Mendengar perintah Tetua Keempat Kuil Nimia membuat mereka menjadi gusar dan marah, namun Ketua Yori memberikan kode mata agar para Tetua dan para murid menahan diri.

‘Setidaknya aku masih beruntung karena Indra Wicaksana yang menangani masalah ini,’ Pikir Ketua Yori.

Indra Wicaksana, atau tetua keempat, memang terkenal sebagai seorang yang realistis dan merupakan ahli strategi yang handal. Jika Ketua Yori menceritakan apa adanya, tentu pria ini akan mengerti situasi yang dia hadapi.

“Ketua Yori,” Ujar Tetua Keempat tersenyum dingin, “Aku akan mengadakan pemeriksaan terhadap para murid dan Tetua Kuil Hati Kudus. Kuharap Ketua Yori dan para tetua lain dapat bekerja sama denganku!”

Ketua Yori menelan ludah, pemeriksaan dengan pendekar yang berada di tingkatan Kaisar Inti tentu bukanlah pemeriksaan biasa, Tetua Keempat pasti menggunakan auranya untuk menekan dan memaksa mereka berkata jujur. Bagaimanapun Aura yang dimiliki pendekar di tingkatan Kaisar Inti sangatlah mengerikan, seorang Ketua Yori saja tidak berani lama-lama beradi disekitar Pendekar tingkatan Kaisar Inti yang mengerahkan auranya!


Beberapa jam kemudian di depan Istana Hilram. 2 ekor elang raksasa melayang di angkasa, di atas tubuh mereka adalah biksu-biksu sakti Kuil Nimia yang dipimpin oleh Tetua Kelima, Batu Wicaksana. Para biksu tersebut menatap ke arah para petinggi Kerajaan Hilram dengan pandangan sangar.

“Ku..Kuil Nimia,” Seru seorang menteri ketakutan.

Trasan Hilram mengerutkan keningnya memandang ke arah para Biksu Kuil Nimia, ‘Mungkinkah ini ada hubungannya dengan Rio?’

Sambil menelan ludah, Trasan Hilram maju ke hadapan para Biksu dan memberi hormat, “Salam, semoga dewa menunjukkan belas kasihnya kepada kita”

Tetua Kelima diam beberapa saat sebelum menjawab salam Trasan, matanya memandang setiap orang yang ada disana dari ujung kepala hingga ke ujung kaki, “Salam, semoga dewa menunjukkan belas kasihnya kepada kita!”

Trasan Hilram melirik seorang pria muda yang ada dibarisan belakangnya, pria itu bernama Victor Hilram, Pangeran ketiga kerajaan Hilram sekaligus orang yang diutus Trasan untuk mengirimkan upeti kepada Kuil Nimia. Sadar akan tatapan abangnya,  Victor langsung maju kedepan dan berdiri disamping Trasan sebelum mendongak ke arah Tetua Kelima dan memberi hormat.

“Junior memberi hormat kepada Tetua Kelima,” Ujarnya, “Junior tidak menyangka kalau baru 2 bulan yang lalu kita berpisah dan sekarang kita sudah bertemu kembali. Tetua, jika boleh junior tahu, ada keperluan apa hingga Tetua sendiri yang datang kemari?”

Siapapun yang melihat rombongan Kuil Nimia berdiri menantang di atas tembok istana tentu tahu kalau maksud dan tujuan mereka tidak baik. Namun, siapa di Kerajaan Hilram yang berani menentang Kuil Nimia?

“Huh,” Dengus Tetua Kelima, “Rio Hilram. Keluarkan Rio Hilram sekarang juga!”

Trasan Hilram mendesah mendengar ucapan Tetua Kelima, ia sudah menduga kalau peristiwa ini ada hubungannya dengan adiknya tersebut.

‘Apa yang sudah dia perbuat hingga membuat Kuil Nimia marah?’

Trasan Hilram memberikan kode kepada para menteri dan jenderalnya untuk membawa Rio Hilram beserta seluruh keluarga dan anak-anaknya ke tempat ini. melihat bagaimana abangnya bereaksi cepat, Victor langsung mengeluarkan reaksi lega dan kembali memberi hormat kepada Tetua Kelima.

“Rio sedang dipanggil, mohon Tetua Kelima bersabar,” Ujarnya berusaha menenangkan, “Kalau boleh junior tahu, ada urusan apa antara Kuil Nimia dan Rio?”

“Rio Hilram telah menyerang dan membunuh Awan Biru!” Ujar Tetua Kelima dingin dan tanpa sungkan-sungkan mengeluarkan napsu membunuhnya.

‘Jika bukan karena kakak keempat melarangku untuk membunuh hingga masalah ini jelas, pasti aku sudah menghancurkan istana ini!’ pikir Tetua Kelima sungguh-sungguh.

Wajah semua orang yang mendengar ucapan Tetua Kelima langsung berubah menjadi pucat pasi dan ketakutan mulai menjalar keseluruh tubuh mereka, bahkan Trasan Hilram jatuh berlutut ketakutan ketika mendengar dosa Rio Hilram.

“I..Ini tidak mungkin,” ujarnya pelan, “Pasti ada sesuatu yang salah!”

Bagi semua kerajaan, maupun perguruan silat, Awan Biru merupakan sosok yang tidak boleh disentuh ataupun diganggu dalam arti sebenar-benarnya maupun dalam konteks seluas-luasnya. Trasan Hilram sudah berkali-kali mengingatkan akan hal ini kepada Rio ketika ia berangkat ke Kuil Hati Kudus.

“Te..Tetua,” Ujar Victor pucat, ia dan semua orang yang ada disana, juga ikut berlutut ketika Trasan Hilram jatuh dengan kedua lututnya, “Ini pasti ada suatu kesalahan!”

“Aku juga berharap ini suatu kesalahan!” Ujar Tetua Kelima, bagaimanapun situasinya masih belum jelas.

Tidak berapa lama Rio Hilram tiba dengan dituntun para pelayan. Pangeran tampan itu kini seperti orang gila dan idiot, pandangannya tidak fokus dan mulutnya mengangga ketika melihat ke kanan dan ke kiri.

“Ikat dia dan seluruh penghuni rumahnya lalu paksa dia berlutut!” Perintan Trasan marah.

Tetua Kelima memperhatikan Rio dengan seksama dan menyadari kalau alam bawah sadar pria ini telah hancur dan tidak bisa dipulihkan lagi.

“Apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Tetua Kelima.

“Lapor, Tetua. Sebenarnya,” Trasan Hilram memberanikan diri untuk menceritakan situasi yang terjadi kepada Tetua Kelima. Ia sangat berharap Tetua Kelima dapat mengerti situasinya dan memberikan penilaian yang adil, “Mengenai masalah Rio dan Awan Biru, sungguh kami tidak tahu apa-apa. Junior berharap Tetua Kelima dapat memberi keputusan yang adil mengenai masalah ini, jangan sampai orang yang tidak bersalah terkena dampaknya.” Tambah Trasan Hilram dengan penuh kehati-hatian.

“Huh, tidak perlu menasehatiku!” Ujar Tetua Kelima dingin, baginya Kerajaan Hilram hanyalah kerajaan kecil yang tidak berarti.

“Ampun senior,” Ujar Trasan Hilram buru-buru, “Junior tidak berani untuk menasehati Senior.”

 “Tetua Pasir,” Ujar Tetua Kelima, “Aku akan membawa Rio ke hadapan kakak keempat di Kuil Hati Kudus, kau berjagalah di istana dengan murid-murid lainnya. Tanpa seijinku tidak ada yang boleh keluar masuk istana dan yang melanggar akan dihukum mati!”

“Hamba mendengar perintah!” Ujar pemimpin para Tetua Inti, Tetua Pasir. Dengan sigap dia dan para murid lainnya, melompat turun dari Elang Raksasa dan berdiri di hadapan Trasan Hilram dan yang lainnya.

Tetua Kelima melambaikan tangannya dan seketika sebuah kekuatan berelemen angin berhembus kencang dan menerbangkan Rio Hilram menuju Tetua Kelima. Sedetik kemudian Tetua Kelima meninggalkan Kerajaan Hilram dengan elang raksasanya.


Keesokan harinya, jenazah Awan Biru tidak kunjung diketemukan, justru sebaliknya, jenazah beberapa murid Kuil Hati Kudus dan para pelayan diketemukan tersembunyi di dalam hutan dan diantara jenazah itu terdapat juga jenazah Vira Aura dan Tetua Windi Aura. Kematian Vira Aura membuat shock para petinggi Kuil Hati Kudus, karena bagaimanapun juga, Vira merupakan murid yang baik dan mempunyai potensi di masa depan. Walaupun begitu, kematian Vira Aura dan yang lain, semakin merumitkan penyelesaian permasalahan ini. tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan, seseorang dengan kepintaran seperti Tetua Keempatpun belum dapat menyimpulkan apa-apa.

Seminggu berlalu, namun kabar mengenai keberadaan Jenazah Awan Biru tidak juga diketemukan. Berita tentang kematian Awan Biru menyebar dengan cepat ke seantero dunia, sebagian tidak terlalu mengambil pusing dengan berita tersebut sementara yang lain tertarik akan gerakan Kuil Nimia melawan Kerajaan Hilram, bagaimanapun ini menyangkut Awan Biru!

“Situasi sekarang berbeda dengan kerajaan Wiru,” Ujar Tetua Keempat sungguh-sungguh, “Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Rio membunuh Awan Biru? kenapa mereka membunuh Mina? Kenapa mereka membakar rumah duka? Kenapa mereka membunuh murid-murid kuil hati kudus? Apakah Awan Biru benar-benar sudah meninggal atau belum? Apa yang mereka sembunyikan dan apa tujuan mereka? Begitu banyak pertanyaan yang semuanya tidak bisa kujawab, adik. Namun, ada satu hal yang pasti dalam situasi ini”

“Apa itu,kakak?” Tanya Tetua Kelima Penasaran.

“Mereka ingin mengadu domba Kuil Nimia dengan Kerajaan Hilram!” Ujar Tetua Keempat yakin, “Mereka sengaja memperlihatkan bagaimana Rio membunuh Awan Biru kepada Ketua Yori semata-mata agar Ketua Yori mengabarkan hal tersebut kepada Kuil Nimia! Belum lagi, mereka sengaja merusak akal dan kesadaran Rio agar kita tidak bisa memeriksanya! Taktik murahan! Itulah sebabnya aku meminta kau untuk bersabar menghadapi Kerajaan Hilram, kita tidak bisa membiarkan musuh kita mendapatkan apa yang mereka mau!”

Tetua Kelima mengangguk kagum mendengar penjelasan kakaknya, “Untung saja kakak menasehatiku! Tapi kakak, apa yang harus kita lakukan sekarang?”

“Walaupun aku belum tahu maksud dan tujuan mereka menyerang Awan Biru, namun aku dapat dua orang yang cocok sebagai pelaku peristiwa ini”

“Benarkah?” Ujar Tetua Kelima tertarik.

“Ini hanya dugaanku saja, situasinya masih belum pasti,” Ujar Tetua Keempat, “Jika kita bisa menangkap mereka dan melakukan interogasi tentu situasinya akan jelas!”

“Jika kakak memberitahukan kepadaku nama pelakunya, maka aku pasti akan mencari dirinya hingga ke ujung dunia!” Ujar Tetua Kelima sungguh-sungguh.

“Apa kau pernah mendengar ‘Selir Iblis’ dari Sekte Jiwa Hitam?” Tanya Tetua Keempat.

Tetua Kelima mengerutkan keningnya berusaha mengingat kedalam memorinya, “Ya, aku ingat.” Ujarnya kemudian, “Bukankah dia yang mencuri Kitab Kultivasi Jiwa Hitam dan melarikan diri dari Sekte?”

Tetua Keempat mengangguk, “Benar”

“Apa hubungan mereka dengan peristiwa ini?”

“Ketika Ketua Yori menceritakan bagaimana perempuan yang melindungi pangeran Rio itu menggunakan ilmu silat Sentilan Jari Sakti, pikiranku langsung tertuju kepada Sekte Jiwa Hitam,” Ujar Tetua Keempat menjelaskan, “Namun demikian, aku langsung meniadakan keterlibatan mereka dalam peristiwa ini dikarenakan Sekte Jiwa Hitam saat ini tengah berada dalam situasi yang sangat susah, Tidak mungkin Sekte yang mau hancur seperti mereka, mau mempertaruhkan diri melawan Kuil Nimia. Dari pemikiran tersebut aku mulai membuat list pendekar wanita yang dikenal dunia persilatan menguasai ilmu silat sentilan jari sakti namun, tidak lagi memiliki hubungan dengan Sekte Jiwa Hitam dan Selir Iblis berada di puncak daftar tersebut”

“Tapi, itu saja tidak cukup untuk menuduh Selir Iblis, kan?”

“Tidak, itu saja sudah cukup!” ujar Tetua Keempat yakin, “Walaupun terkena racun, Ketua Yori tetap saja seorang pendekar dengan kekuatan berada di Tingkat Inti kembar Akhir. Mengalahkan Ketua Yori membuktikan kalau wanita tersebut memiliki kekuatan yang sejajar, dan diantara semua wanita dalam list yang kubuat, hanya Selir Iblis yang memiliki kekuatan seperti itu. Kau harus ingat, belasan tahun yang lalu Selir Iblis berada di tingkatan akhir Inti bercahaya dan ditambah dengan Kitab Kultivasi Jiwa Hitam, tidak menutup kemungkinan kalau dia telah mendobrak hambatan dan mencapai tingkatan Inti kembar atau bahkan Kaisar Inti!”

Tetua Kelima menelan ludah ketika mendengar analisis kakak seperguruannya. Jika wanita tersebut benar-benar berada di tahap Kaisar Inti, maka dia akan menjadi musuh yang sangat tangguh bagi Kuil Nimia. Mungkin para Tetua Utama musti bertarung mengeroyok wanita ini untuk mendapatkan kemenangan!

Selagi Tetua Keempat dan Tetua Kelima serius berdiskusi mengenai permasalahan ini, seorang murid mengetuk pintu dan menyerahkan sebuah surat kepada Tetua Keempat.

“Ini surat dari guru,” Ujar Tetua Keempat mengenali surat tersebut.

“Guru berpesan apa, kakak?”

“Sumpah Pendekar tidak kunjung aktif, Awan Biru masih hidup!” Ujar Tetua Keempat yang membaca surat tersebut.

- Akhir buku 1 -








No comments:

Post a Comment