Thursday, August 17, 2017

End of Book 1

Oke, buku pertama dari Legenda Awan Biru telah selesai.

Sampai ketemu bulan depan di buku kedua.

makasih..
Read More

BAB 12-Kekacauan


Trasan Hilram baru beberapa bulan menggantikan posisi ayahnya yang mangkat sebagai Raja dari Kerajaan Hilram. Walaupun baru menjabat menjadi raja, namun Trasan Hilram tergolong raja yang pintar dan bijaksana. Ia memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara maupun kekuatan lain disekitar kerajaannya dengan mengirimkan hadiah, ia juga menurunkan pajak selama 1 tahun sebagai tanda duka cita terhadap kematian ayahnya padahal maksud sebenarnya agar tidak terjadi pemberontakan di wilayah kerajaannya. Singkat kata, Trasan Hilram dianggap layak sebagai pengganti ayahnya dan seluruh rakyatnya bersemangat melihat masa depan kerajaan Hilram dibawah kendali Trasan.

Suatu hari, ketika Trasan Hilram sedang mengadakan rapat ekonomi dengan para menterinya, seorang wanita bertudung menerobos masuk dan melumpuhkan pasukan pengawalnya. Kekuatan wanita itu sangat mengerikan, walaupun ia tidak bisa membunuh Trasan Hilram namun ia bisa keluar masuk istana dengan mudah. Namun, yang membuat Trasan penasaran, wanita itu membawa seorang pria, yang sangat dikenal Trasan, seakan pria itu adalah benda mati.

“Senior yang terhormat,” ujar Trasan Hilram sopan, bagaimanapun ia tidak ingin bermusuhan dengan seorang pendekar kuat, “Kalau boleh tahu siapa anda dan kenapa adikku, Rio, bisa bersama anda?”

“Huh!” Windi Aura tidak menjawab, ia hanya mendengus dan melemparkan Rio ke Trasan.

Melihat tubuh adiknya dilempar dengan mudah, Trasan menggunakan ilmu silatnya untuk mengalihkan kekuatan Windi Aura agar adiknya tidak terluka. Akan tetapi kekuatan Windi Aura jauh melebihi perkiraan Trasan, tubuh adiknya melekat ditangannya dan tenaga Qi mulai menjalar ke tubuh Trasan.

“Yang mulia raja!”

2 orang jenderal langsung melesat ke Trasan dan menempelkan tangannya ke punggung Trasan guna mengalirkan Qi. Effeknya langsung terasa. Qi yang menerjang masuk ke tubuh Trasan perlahan mulai memudar dan tubuh Rio mulai terasa hangat.

“Ilmu bagus,” puji Windi Aura, namun ia tidak berkata apa-apa lagi dan langsung melesat keluar.

Trasan Hilram yang melihat Windi Aura menghilang hanya bisa mendesah lega. Ia kemudian memperhatikan kondisi Rio.

“Ada apa dengannya?” Tanya Trasan bingung, “Cepat panggil tabib!”

Windi Aura tersenyum di kejauhan. Pangeran keenam Kerajaan Hilram, Rio Hilram, memang masih hidup. Namun, pikiran dan alam bawah sadarnya telah dirusak oleh Windi Aura. Seumur hidupnya ia akan menjadi orang idiot yang tidak tahu apa-apa lagi.

“Tahap kelima telah berhasil,” ujar Windi Aura puas, “Lagipula, berani-beraninya ia menyentuh anak perempuanku!”


Suasana Kuil Hati Kudus berubah menjadi mencekam ketika Ketua Yori Aura menceritakan situasi yang terjadi, termasuk mengenai pembunuhan Awan Biru, yang mana jenazahnya belum juga diketemukan. Wajah semua orang di Kuil Nimia berubah menjadi pucat ketika cerita Ketua Yori selesai, bahkan Tetua Kelima tanpa sungkan-sunggkan mengeluarkan aura Kaisar Intinya karena marah.

“Adik, tenanglah dahulu,” Ujar Tetua keempat, yang walaupun wajahnya terlihat menahan marah namun masih bisa mengendalikan diri, “Situasinya masih belum jelas, kita tidak bisa bertindak gegabah!”

Ketua Yori dan para tetua lainnya hanya bisa menundukkan kepala dihadapan kemarahan para Tetua Kuil Nimia. Bagaimanapun perbedaan kekuatan mereka bagaikan bumi dan langit,1 tetua inti saja bisa menghancurkan Kuil Hati Kudus, apalagi seorang Tetua Utama seperti Tetua Kelima ini.

“Kau benar, kakak,” Ujar Tetua Kelima menarik napas, “Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang? Waktu kita tidak banyak!”

Tetua keempat mengangguk, ia setuju kalau waktu yang mereka miliki tidak banyak.

“Kau bawalah 3 Tetua Inti dan 47 Murid ke Kerajaan Hilram,” Kata Tetua Keempat, “Jika dugaanku benar, wanita tersebut pasti akan melindungi Rio hingga kembali ke kerajaannya. Tapi ingat, jangan sembarangan membunuh sampai kita tahu situasi sebenarnya!

“Baiklah!” Seru Tetua Kelima membalikkan badan dan menunjuk orang-orang pilihannya untuk naik ke atas Elang Raksasa dan langsung melesat meninggalkan Kuil Hati Kudus.

“Risa Biru,” Ujar Tetua Keempat.

“Paman,” Risa Biru maju menghadap Tetua Keempat.

Perasaan Risa Biru berada dalam kekalutan yang sangat dahsyat, ia tidak menyangka kalau Suami, para guru dan saudara-saudaranya berada dalam situasi yang sangat berbahaya. Namun Risa Biru menguasai ilmu silat yang membuat perasaannya susah terlihat dari luar, hanya Ketua Yori dan Tetua keempat yang mengetahui pergolakan batinnya.

“Bawa 100 Murid Kuil Nimia dan murid-murid Hati Kudus ke dasar jurang,” Kata Tetua Keempat, “Kau mengetahui wilayah ini lebih baik dibandingkan kami semua, kuharap kau dapat menemukan suamimu!”

Walaupun terdengar sopan namun sesungguhnya Tetua Keempat menekan Risa Biru untuk menemukan Awan secepat mungkin. Walaupun begitu Risa Biru mengangguk dengan sungguh-sungguh dan langsung bergerak cepat.

“Kalian yang tersisa,” Ujar Tetua keempat kepada rombongan Kuil Nimia sisanya, “Tugas kalian adalah menjaga Kuil Hati Kudus dengan sungguh-sungguh! Tanpa seijin dariku tidak ada yang boleh keluar atau masuk Kuil Hati Kudus hingga batas waktu yang belum ditentukan. Jika ada yang melanggar, maka kalian boleh membunuh orang tersebut!”

“Siap menerima perintah!” Ujar para Murid Kuil Nimia.

Ketua Yori dan para tetua lainnya langsung pucat pasi mendengar perintah Tetua Keempat, kini mereka merupakan tahanan di rumahnya sendiri! Mendengar perintah Tetua Keempat Kuil Nimia membuat mereka menjadi gusar dan marah, namun Ketua Yori memberikan kode mata agar para Tetua dan para murid menahan diri.

‘Setidaknya aku masih beruntung karena Indra Wicaksana yang menangani masalah ini,’ Pikir Ketua Yori.

Indra Wicaksana, atau tetua keempat, memang terkenal sebagai seorang yang realistis dan merupakan ahli strategi yang handal. Jika Ketua Yori menceritakan apa adanya, tentu pria ini akan mengerti situasi yang dia hadapi.

“Ketua Yori,” Ujar Tetua Keempat tersenyum dingin, “Aku akan mengadakan pemeriksaan terhadap para murid dan Tetua Kuil Hati Kudus. Kuharap Ketua Yori dan para tetua lain dapat bekerja sama denganku!”

Ketua Yori menelan ludah, pemeriksaan dengan pendekar yang berada di tingkatan Kaisar Inti tentu bukanlah pemeriksaan biasa, Tetua Keempat pasti menggunakan auranya untuk menekan dan memaksa mereka berkata jujur. Bagaimanapun Aura yang dimiliki pendekar di tingkatan Kaisar Inti sangatlah mengerikan, seorang Ketua Yori saja tidak berani lama-lama beradi disekitar Pendekar tingkatan Kaisar Inti yang mengerahkan auranya!


Beberapa jam kemudian di depan Istana Hilram. 2 ekor elang raksasa melayang di angkasa, di atas tubuh mereka adalah biksu-biksu sakti Kuil Nimia yang dipimpin oleh Tetua Kelima, Batu Wicaksana. Para biksu tersebut menatap ke arah para petinggi Kerajaan Hilram dengan pandangan sangar.

“Ku..Kuil Nimia,” Seru seorang menteri ketakutan.

Trasan Hilram mengerutkan keningnya memandang ke arah para Biksu Kuil Nimia, ‘Mungkinkah ini ada hubungannya dengan Rio?’

Sambil menelan ludah, Trasan Hilram maju ke hadapan para Biksu dan memberi hormat, “Salam, semoga dewa menunjukkan belas kasihnya kepada kita”

Tetua Kelima diam beberapa saat sebelum menjawab salam Trasan, matanya memandang setiap orang yang ada disana dari ujung kepala hingga ke ujung kaki, “Salam, semoga dewa menunjukkan belas kasihnya kepada kita!”

Trasan Hilram melirik seorang pria muda yang ada dibarisan belakangnya, pria itu bernama Victor Hilram, Pangeran ketiga kerajaan Hilram sekaligus orang yang diutus Trasan untuk mengirimkan upeti kepada Kuil Nimia. Sadar akan tatapan abangnya,  Victor langsung maju kedepan dan berdiri disamping Trasan sebelum mendongak ke arah Tetua Kelima dan memberi hormat.

“Junior memberi hormat kepada Tetua Kelima,” Ujarnya, “Junior tidak menyangka kalau baru 2 bulan yang lalu kita berpisah dan sekarang kita sudah bertemu kembali. Tetua, jika boleh junior tahu, ada keperluan apa hingga Tetua sendiri yang datang kemari?”

Siapapun yang melihat rombongan Kuil Nimia berdiri menantang di atas tembok istana tentu tahu kalau maksud dan tujuan mereka tidak baik. Namun, siapa di Kerajaan Hilram yang berani menentang Kuil Nimia?

“Huh,” Dengus Tetua Kelima, “Rio Hilram. Keluarkan Rio Hilram sekarang juga!”

Trasan Hilram mendesah mendengar ucapan Tetua Kelima, ia sudah menduga kalau peristiwa ini ada hubungannya dengan adiknya tersebut.

‘Apa yang sudah dia perbuat hingga membuat Kuil Nimia marah?’

Trasan Hilram memberikan kode kepada para menteri dan jenderalnya untuk membawa Rio Hilram beserta seluruh keluarga dan anak-anaknya ke tempat ini. melihat bagaimana abangnya bereaksi cepat, Victor langsung mengeluarkan reaksi lega dan kembali memberi hormat kepada Tetua Kelima.

“Rio sedang dipanggil, mohon Tetua Kelima bersabar,” Ujarnya berusaha menenangkan, “Kalau boleh junior tahu, ada urusan apa antara Kuil Nimia dan Rio?”

“Rio Hilram telah menyerang dan membunuh Awan Biru!” Ujar Tetua Kelima dingin dan tanpa sungkan-sungkan mengeluarkan napsu membunuhnya.

‘Jika bukan karena kakak keempat melarangku untuk membunuh hingga masalah ini jelas, pasti aku sudah menghancurkan istana ini!’ pikir Tetua Kelima sungguh-sungguh.

Wajah semua orang yang mendengar ucapan Tetua Kelima langsung berubah menjadi pucat pasi dan ketakutan mulai menjalar keseluruh tubuh mereka, bahkan Trasan Hilram jatuh berlutut ketakutan ketika mendengar dosa Rio Hilram.

“I..Ini tidak mungkin,” ujarnya pelan, “Pasti ada sesuatu yang salah!”

Bagi semua kerajaan, maupun perguruan silat, Awan Biru merupakan sosok yang tidak boleh disentuh ataupun diganggu dalam arti sebenar-benarnya maupun dalam konteks seluas-luasnya. Trasan Hilram sudah berkali-kali mengingatkan akan hal ini kepada Rio ketika ia berangkat ke Kuil Hati Kudus.

“Te..Tetua,” Ujar Victor pucat, ia dan semua orang yang ada disana, juga ikut berlutut ketika Trasan Hilram jatuh dengan kedua lututnya, “Ini pasti ada suatu kesalahan!”

“Aku juga berharap ini suatu kesalahan!” Ujar Tetua Kelima, bagaimanapun situasinya masih belum jelas.

Tidak berapa lama Rio Hilram tiba dengan dituntun para pelayan. Pangeran tampan itu kini seperti orang gila dan idiot, pandangannya tidak fokus dan mulutnya mengangga ketika melihat ke kanan dan ke kiri.

“Ikat dia dan seluruh penghuni rumahnya lalu paksa dia berlutut!” Perintan Trasan marah.

Tetua Kelima memperhatikan Rio dengan seksama dan menyadari kalau alam bawah sadar pria ini telah hancur dan tidak bisa dipulihkan lagi.

“Apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Tetua Kelima.

“Lapor, Tetua. Sebenarnya,” Trasan Hilram memberanikan diri untuk menceritakan situasi yang terjadi kepada Tetua Kelima. Ia sangat berharap Tetua Kelima dapat mengerti situasinya dan memberikan penilaian yang adil, “Mengenai masalah Rio dan Awan Biru, sungguh kami tidak tahu apa-apa. Junior berharap Tetua Kelima dapat memberi keputusan yang adil mengenai masalah ini, jangan sampai orang yang tidak bersalah terkena dampaknya.” Tambah Trasan Hilram dengan penuh kehati-hatian.

“Huh, tidak perlu menasehatiku!” Ujar Tetua Kelima dingin, baginya Kerajaan Hilram hanyalah kerajaan kecil yang tidak berarti.

“Ampun senior,” Ujar Trasan Hilram buru-buru, “Junior tidak berani untuk menasehati Senior.”

 “Tetua Pasir,” Ujar Tetua Kelima, “Aku akan membawa Rio ke hadapan kakak keempat di Kuil Hati Kudus, kau berjagalah di istana dengan murid-murid lainnya. Tanpa seijinku tidak ada yang boleh keluar masuk istana dan yang melanggar akan dihukum mati!”

“Hamba mendengar perintah!” Ujar pemimpin para Tetua Inti, Tetua Pasir. Dengan sigap dia dan para murid lainnya, melompat turun dari Elang Raksasa dan berdiri di hadapan Trasan Hilram dan yang lainnya.

Tetua Kelima melambaikan tangannya dan seketika sebuah kekuatan berelemen angin berhembus kencang dan menerbangkan Rio Hilram menuju Tetua Kelima. Sedetik kemudian Tetua Kelima meninggalkan Kerajaan Hilram dengan elang raksasanya.


Keesokan harinya, jenazah Awan Biru tidak kunjung diketemukan, justru sebaliknya, jenazah beberapa murid Kuil Hati Kudus dan para pelayan diketemukan tersembunyi di dalam hutan dan diantara jenazah itu terdapat juga jenazah Vira Aura dan Tetua Windi Aura. Kematian Vira Aura membuat shock para petinggi Kuil Hati Kudus, karena bagaimanapun juga, Vira merupakan murid yang baik dan mempunyai potensi di masa depan. Walaupun begitu, kematian Vira Aura dan yang lain, semakin merumitkan penyelesaian permasalahan ini. tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan, seseorang dengan kepintaran seperti Tetua Keempatpun belum dapat menyimpulkan apa-apa.

Seminggu berlalu, namun kabar mengenai keberadaan Jenazah Awan Biru tidak juga diketemukan. Berita tentang kematian Awan Biru menyebar dengan cepat ke seantero dunia, sebagian tidak terlalu mengambil pusing dengan berita tersebut sementara yang lain tertarik akan gerakan Kuil Nimia melawan Kerajaan Hilram, bagaimanapun ini menyangkut Awan Biru!

“Situasi sekarang berbeda dengan kerajaan Wiru,” Ujar Tetua Keempat sungguh-sungguh, “Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Rio membunuh Awan Biru? kenapa mereka membunuh Mina? Kenapa mereka membakar rumah duka? Kenapa mereka membunuh murid-murid kuil hati kudus? Apakah Awan Biru benar-benar sudah meninggal atau belum? Apa yang mereka sembunyikan dan apa tujuan mereka? Begitu banyak pertanyaan yang semuanya tidak bisa kujawab, adik. Namun, ada satu hal yang pasti dalam situasi ini”

“Apa itu,kakak?” Tanya Tetua Kelima Penasaran.

“Mereka ingin mengadu domba Kuil Nimia dengan Kerajaan Hilram!” Ujar Tetua Keempat yakin, “Mereka sengaja memperlihatkan bagaimana Rio membunuh Awan Biru kepada Ketua Yori semata-mata agar Ketua Yori mengabarkan hal tersebut kepada Kuil Nimia! Belum lagi, mereka sengaja merusak akal dan kesadaran Rio agar kita tidak bisa memeriksanya! Taktik murahan! Itulah sebabnya aku meminta kau untuk bersabar menghadapi Kerajaan Hilram, kita tidak bisa membiarkan musuh kita mendapatkan apa yang mereka mau!”

Tetua Kelima mengangguk kagum mendengar penjelasan kakaknya, “Untung saja kakak menasehatiku! Tapi kakak, apa yang harus kita lakukan sekarang?”

“Walaupun aku belum tahu maksud dan tujuan mereka menyerang Awan Biru, namun aku dapat dua orang yang cocok sebagai pelaku peristiwa ini”

“Benarkah?” Ujar Tetua Kelima tertarik.

“Ini hanya dugaanku saja, situasinya masih belum pasti,” Ujar Tetua Keempat, “Jika kita bisa menangkap mereka dan melakukan interogasi tentu situasinya akan jelas!”

“Jika kakak memberitahukan kepadaku nama pelakunya, maka aku pasti akan mencari dirinya hingga ke ujung dunia!” Ujar Tetua Kelima sungguh-sungguh.

“Apa kau pernah mendengar ‘Selir Iblis’ dari Sekte Jiwa Hitam?” Tanya Tetua Keempat.

Tetua Kelima mengerutkan keningnya berusaha mengingat kedalam memorinya, “Ya, aku ingat.” Ujarnya kemudian, “Bukankah dia yang mencuri Kitab Kultivasi Jiwa Hitam dan melarikan diri dari Sekte?”

Tetua Keempat mengangguk, “Benar”

“Apa hubungan mereka dengan peristiwa ini?”

“Ketika Ketua Yori menceritakan bagaimana perempuan yang melindungi pangeran Rio itu menggunakan ilmu silat Sentilan Jari Sakti, pikiranku langsung tertuju kepada Sekte Jiwa Hitam,” Ujar Tetua Keempat menjelaskan, “Namun demikian, aku langsung meniadakan keterlibatan mereka dalam peristiwa ini dikarenakan Sekte Jiwa Hitam saat ini tengah berada dalam situasi yang sangat susah, Tidak mungkin Sekte yang mau hancur seperti mereka, mau mempertaruhkan diri melawan Kuil Nimia. Dari pemikiran tersebut aku mulai membuat list pendekar wanita yang dikenal dunia persilatan menguasai ilmu silat sentilan jari sakti namun, tidak lagi memiliki hubungan dengan Sekte Jiwa Hitam dan Selir Iblis berada di puncak daftar tersebut”

“Tapi, itu saja tidak cukup untuk menuduh Selir Iblis, kan?”

“Tidak, itu saja sudah cukup!” ujar Tetua Keempat yakin, “Walaupun terkena racun, Ketua Yori tetap saja seorang pendekar dengan kekuatan berada di Tingkat Inti kembar Akhir. Mengalahkan Ketua Yori membuktikan kalau wanita tersebut memiliki kekuatan yang sejajar, dan diantara semua wanita dalam list yang kubuat, hanya Selir Iblis yang memiliki kekuatan seperti itu. Kau harus ingat, belasan tahun yang lalu Selir Iblis berada di tingkatan akhir Inti bercahaya dan ditambah dengan Kitab Kultivasi Jiwa Hitam, tidak menutup kemungkinan kalau dia telah mendobrak hambatan dan mencapai tingkatan Inti kembar atau bahkan Kaisar Inti!”

Tetua Kelima menelan ludah ketika mendengar analisis kakak seperguruannya. Jika wanita tersebut benar-benar berada di tahap Kaisar Inti, maka dia akan menjadi musuh yang sangat tangguh bagi Kuil Nimia. Mungkin para Tetua Utama musti bertarung mengeroyok wanita ini untuk mendapatkan kemenangan!

Selagi Tetua Keempat dan Tetua Kelima serius berdiskusi mengenai permasalahan ini, seorang murid mengetuk pintu dan menyerahkan sebuah surat kepada Tetua Keempat.

“Ini surat dari guru,” Ujar Tetua Keempat mengenali surat tersebut.

“Guru berpesan apa, kakak?”

“Sumpah Pendekar tidak kunjung aktif, Awan Biru masih hidup!” Ujar Tetua Keempat yang membaca surat tersebut.

- Akhir buku 1 -








Read More

Wednesday, August 16, 2017

BAB 11 – TAHAP KEEMPAT

Hari itu juga, telegram-telegram rahasia (Semacam kode rahasia yang dikirimkan dari jarak jauh dengan menggunakan rune-rune) telah dikirimkan oleh Kuil Hati Kudus kepada semua perguruan aliansi mereka, termasuk Kuil Nimia, pelindung utama Kuil Hati Kudus.

Sementara itu, di dalam Paviliun Klan Biru, Risa Biru tengah berlatih ilmu silat dengan menempel di kain tidur (Kain lembut yang digantung di sisi tembok, biasa digunakan untuk tidur seluruh keturunan Klan Biru). 2 tahun ini Risa Biru terus mempelajari mengenai kain tidur yang digunakan keluarga suaminya itu dan ilmu silat miliknya mengalami peningkatan yang sangat drastis, bahkan membuatnya menembus tingkatan Inti Energi menengah.

“Mungkin karena ilmu silat Hati Kudus terinspirasi dari ilmu silat Klan Biru sehingga kekuatanku dapatmeningkat dengan cepat,” Gumam Risa Biru menganalisa.

Selagi Risa Biru asik berlatih, seorang wanita cantik berusia sekitar 26an tahunan masuk keruangannya. Wanita tersebut tampak panik dan terengah-engah, jelas dia kemari dengan terburu-buru.

“Kakak pertama, ada apa?” Tanya Risa Biru melesat meninggalkan kain tidurnya dan mendarat dihadapan wanita cantik tersebut dengan sangat anggun.

“Ada masalah besar, adik kelima!” Seru wanita yang disebut kakak pertama, “Perguruan dalam bahaya, guru diracun orang!”

“Apa!?” Seru Risa Biru tidak percaya, namun belum sempat ia bertanya mulutnya telah dibungkam oleh tangan kakak pertama.

“Diamlah dulu,” Ujar kakak pertama menoleh ke kanan dan kekiri, memastikan tidak ada orang disekitar mereka, “Masalah guru diracun orang hanya diketahui oleh murid-murid perguruan kita, tidak boleh disebar!”

Risa Biru mengangguk cepat, “Kakak, tolong ceritakan secara jelas apa yang sebenarnya terjadi?”

“Soal itu aku juga kurang tahu, adik,” Jawab Kakak Pertama sambil menggelengkan kepala, “Beberapa saat yang lalu, Perguruan Hati Kudus mengirimkan 2 telegram rahasia, 1 untuk kita dan 1 untuk Kuil Nimia, namun keduanya mempunyai isi yang sama, Kuil Hati Kudus dalam bahaya dan membutuhkan pertolongan segera. Hanya saja, telegram untuk kita terdapat kalimat tambahan yang berbunyi ‘Ketua Yori diracun, semua murid utama diharapkan kembali!’”

“G..Guru.. Kita harus kembali sekarang juga!” Ujar Risa Biru khawatir.

Kakak pertama mengangguk setuju, “Semua murid sedang mempersiapkan diri untuk kembali,” Ujarnya, “Kita akan pergi bersama para pendekar Kuil Nimia sebentar lagi!”

“Kuil Nimia juga berangkat secepat ini?” Seru Risa Biru heran, bagaimanapun saat ini masih tengah malam.

“Tentu saja mereka akan bergerak secepat mungkin,” Ujar kakak pertama, “Kau lupa kalau suamimu masih berada di kuil hati kudus?”

“Astaga, Awan Biru!” Seru Risa Biru panik, ia buru-buru mengambil pedangnya dan berlari keluar, “Ayo cepat, kakak! Kita tidak punya banyak waktu!”

Risa Biru menjadi semakin panik ketika menyadari kalau suaminya juga dalam bahaya.

1 jam kemudian pasukan Kuil Nimia telah siap, jumlahnya tidak main-main, 200 biksu dengan kekuatan terendah berada di tingkatan Kulminasi Energi puncak! 200 pasukan itu dipimpin oleh 2 Tetua Utama, Tetua keempat dan Tetua Kelima, yang secara tidak langsung menyatakan betapa dashyatnya Kuil Nimia merespon panggilan Kuil Hati Kudus.


Pada saat yang bersamaan, di Kuil Hati Kudus, Windi Aura yang menutup identitasnya dengan menggunakan topeng dan jubah hitam, menerobos masuk Paviliun Pangeran keenam dan merobohkan para pengawal kerajaan. Kekuatannya begitu absolut hingga membuat Pangeran Keenam ketakutan dan memohon ampun.

“Jangan khawatir,” Ujar Windi Aura memandang hina laki-laki yang berlutut ketakutan di hadapannya, di dalam hatinya ia meyesalkan sikap Vira Aura yang memilih laki-laki lemah ini, “Aku tidak berniat membunuhmu. Aku kemari untuk memberi perintah kepadamu!”

“Perintah?” Tanya Pangeran Rio kebingungan.

“Aku tahu kalau kau yang membunuh pelayan kesayangan Awan Biru,” Ujar Windi Aura, “Aku tahu kalau kau juga mempunyai hubungan gelap dengan Vira Aura, aku tahu semuanya.”

“Si, Siapa kau sebenarnya?”

“Jangan memotongku!” Seru Windi Aura sambil menendang wajah Pangeran Rio hingga hidungnya patah.

“Uh, Maafkan aku,” Jawab Pangeran Rio memegangi wajahnya kesakitan.

Windi Aura memandang Pangeran Rio dari balik topengnya dengan tatapan kebencian, ia membenci pria playboy ini lebih daripada Awan Biru. Windi Aura berpikir kalau penyebab semua masalah ini adalah Pangeran Keenam dihadapannya ini, jika saja dia mampu mengendalikan selangkangannya!

“Perintahku hanya satu, bunuh Awan Biru jika kau masih mau hidup di dunia ini!” Ujar Windi Aura, “Aku hanya memberimu waktu selama 2 hari, jika bocah itu masih hidup maka kaulah yang akan mati ditanganku!”

“Membunuh Awan Biru?” Ujar Pangeran Rio tertarik,ia membenci Awan Biru dan dengan sifatnya, ia memang ingin sekali membunuh bocah tersebut apapun resikonya, “Tapi, penjagaan Awan Biru begitu ketat,bagaimana mungkin aku bisa membunuhnya?”

Semenjak upaya pembunuhan Ketua Yori dengan racun, penjagaan seluruh wilayah Hati Kudus diperketat, termasuk penjagaan Awan Biru yang merupakan tamu agung mereka.

“Soal itu kau tidak perlu takut,” Windi Aura melemparkan sebuah buku kecil kepada Pangeran Rio, buku tersebut berisi kode-kode yang sulit dimengerti orang biasa, “Jika kau menyerahkan beberapa lembar kertas dalam buku tersebut dan mengirimkannya kepada Awan Biru, ia pasti mau bertemu denganmu seorang diri. Kurasa kau tidak akan kalah jika bertarung dengan Awan Biru,kan?”

“Tentu saja!” Ujar Pangeran Rio yakin, “Tapi, bagaimana jika ia tidak mau bertemu denganku?”

“Hah, bocah itu merasa dirinya paling pintar,” Ujar Windi Aura serius, “Mendapatkan perlindungan dari Kuil Nimia dan Ketua Hati Kudus, ia merasa kalau dirinya aman ditempat ini. Kau tidak perlu khawatir ia tidak akan datang, karena dengan lagaknya seperti seorang pahlawan muda, ia pasti akan datang. Yang penting kau jangan sampai kalah dengannya!”

“Aku tidak akan kalah!” tegas Pangeran Rio untuk kedua kalinya.

“Huh,kuharap kau benar-benar tidak kalah!”

Seusai berkata seperti itu, Windi Aura menghilang dari hadapan Pangeran Rio bagaikan sebuah asap, meninggalkan Pangeran Rio seorang diri dikamarnya.

“Awan Biru, lagi-lagi Awan Biru!” Seru Pangeran Rio kesal, sudah beberapa kali ia direndahkan dan tidak dianggap cuman gara-gara bocah sialan tersebut, “Membunuh Awan Biru, kurasa itu tidak akan menjadi masalah selama aku melakukannya dengan kehati-hatian!”


Awan Biru turun dari kain tidurnya, walaupun begitu, sebenarnya ia sama sekali tidak bisa tidur beberapa hari terakhir ini. Kematian Mina Sulastri, kebakaran Rumah duka dan menghilangnya kedua pengawal pribadinya membuat kepalanya seakan mau pecah. Seakan belum selesai, semua hal ini diperparah dengan keputusan Ketua Yori untuk menutup diri!

“Semuanya masih misterius,” Ujar Awan Biru, bagaimanapun informasi yang ia dapatkan sungguh sangat sedikit, “Apa yang sebenarnya sedang terjadi?”

Baru saja dia melangkahkan kakinya keluar rumah, Awan Biru melihat sebuah kertas yang ditancapkan dengan paku di pintu rumahnya. Sepertinya kertas ini baru saja ditancapkan karena tidak ada satupun pelayan yang melihat dan beberapa waktu yang lalu kertas ini tidak ada. Awan Biru mengambil kertas tersebut dan mulai membacanya.

“I..ini!” Awan Biru mengenali tulisan dan kode-kode rahasia di kertas tersebut, “Kertas ini milik paman hitam!”

Awan Biru lalu membalikkan kertas tersebut dan terdapat sebuah kalimat, “Datanglah ke hutan pinggir jurang seorang diri, sekarang juga! maka aku akan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi!”

“Hutan pinggir jurang?” Seru Awan Biru berpikir, “Itu tempat Mina terjatuh. Uhh,”

Tanpa membuang waktu Awan Biru berlari meninggalkan paviliunnya menuju tempat yang tertera di kertas itu seorang diri. Setibanya disana, Awan Biru tidak menemukan seorangpun, hingga akhirnya ia kehabisan kesabaran dan berteriak.

“Siapa yang memanggilku?” Ujarnya, “Keluarlah sekarang juga!”

 Tidak ada jawaban. Sebenarnya siapa yang mengirimkan surat kepada dirinya?

Awan Biru menunggu sekitar 10 menit sebelum suara tawa terdengar dari dalam hutan.

“Siapa kau?” Tanya Awan Biru memperhatikan sesosok bayangan hitam, namun tidak berapa lama sosok tersebut mulai menampilkan wajah orang yang dia kenal, “Pangeran Rio?”

“Kita bertemu lagi, Tuan Muda Biru,” Ujar Pangeran Rio menampilkan senyum mengejek.

Kening Awan Biru mengerut melihat tingkah laku Pangeran Rio, “Kaukah yang menempelkan surat ini di pintu paviliunku?”

Pangeran Biru melihat selembar kertas di tangan kanan Awan Biru dan menjawab, “Ya, aku yang menempelkannya”

“Darimana kau dapatkan kertas ini?” Tanya Awan Biru buru-buru, “Sebenarnya apa yang sedang terjadi di Kuil ini?”

Pangeran Rio tidak menjawab, ia hanya menampilkan senyum sambil berjalan mendekati Awan Biru. Untuk membunuh Awan Biru sebenarnya mudah, namun lebih baik jika pembunuhan itu dilakukan secara hati-hati tanpa menggunakan ilmu silat Kerajaan Hilram.

Melihat Pangeran Rio berjalan mendekat, Awan Biru langsung mengambil sikap defensif. Ia melompat beberapa langkah kebelakang dan secara sadar menempatkan punggungnya ke arah yang memudahkan ia untuk berlari.

“Kenapa?” Tanya Pangeran Rio licik, “Aku hanya ingin mendekat agar komunikasi kita lancar”

“Tidak perlu mendekat,” Ujar Awan Biru dingin, ia sadar betul kelemahan ilmu silatnya, “Kau bisa berbicara dari sana”

Pangeran Rio tidak memperdulikan peringatan Awan Biru, ia terus melangkah mendekat dan perlahan, tanpa malu-malu, memperlihatkan napsu membunuhnya.

Melihat situasi itu, Awan Biru langsung mengeluarkan sebuah bom asap berbentuk bola dari cincin penyimpanannya dan bergerak kabur.

“Ini benar-benar jebakan!” Ujar Awan Biru yang menyadari kalau dirinya terlalu naif.

Awan Biru mulai berlari menghindari Pangeran Rio, namun ia salah memperhitungkan kekuatan sejati Pangeran Rio tersebut. Baru 10 langkah ia berlari, Pangeran Rio langsung berada di hadapannya dan mendaratkan dua tapak penuh tenaga dalam. Kekuatan tapak itu begitu kuat hingga Awan Biru terpental jauh hingga ke dalam jurang.

“K..Kau..” Seru Awan Biru melotot tidak percaya, dari sudut matanya ia melihat beberapa sosok bayangan melesat dari kejauhan, berteriak seperti orang gila dan mendekati dirinya dan Pangeran Rio dengan kecepatan mengerikan. Namun, Awan Biru sudah tidak lagi menyadari apapun, pandangannya gelap dan ia mulai kehilangan kesadaran.


Ketua Yori Aura tengah mengurung diri untuk memulihkan racun yang masuk kedalam tubuhnya, namun disaat ia tengah bersemedi, ia merasakan sebuah aura kuat yang muncul secara terang-terangan di tengah Kuil Hati Kudus. Jelas pemilik aura tersebut berniat menantang dirinya.

“Kaukah yang berada di balik semua kejadian ini?” Ujar Yori Aura penuh kebencian.

Kematian pelayan Awan Biru, kebakaran di rumah duka dan dirinya yang terkena racun. 3 hal itu membuat Yori Aura yakin kalau ada pihak yang sengaja ingin menghancurkan Kuil Hati Kudus. Walaupun ia belum tahu motifnya namun ia mengirimkan berita ke seluruh aliansi Kuil Hati Kudus dan meminta bantuan mereka semata-mata untuk memancing agar pelakunya keluar. Ya, pelakunya memang keluar seperti prediksi Yori Aura. Namun, yang Yori Aura tidak pernah menyangka, kalau segala tindakannya ternyata telah sesuai dengan perkiraan sang pelaku.

“Saat ini kekuatanku memang berkurang jauh,” Ujar Yori Aura memeriksa Qi yang ia miliki hanya tersisa 60% saja, “Tapi, bukan berarti kau bisa berbuat seenaknya!”

Yori Aura mengirimkan pesan melalui telepati kepada seluruh Tetua dan melesat keluar mengejar pemilik asal Aura tersebut. Dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh, Ketua Yori Aura dan para Tetua lainnya, melesat menuju ke dalam hutan mendekati asal Aura yang mendadak lenyap!

“Aneh sekali,” Ujar Yori Aura kepada seorang tetua, “Kenapa Aura sekuat ini bisa lenyap sedemikian mudah? Ilmu apa yang sebenarnya ia gunakan?”

Yori Aura dan Para Tetua lalu berhenti dan menggunakan semua inderanya untuk memeriksa seluruh hutan. Tidak beberapa lama, seorang tetua mengeluarkan seruan kaget dan langsung memberi tahu Ketua Yori.

“Ketua, coba kau lihat itu!” Seru Tetua itu panik.

Ketua Yori dan para tetua lainnya melihat arah yang ditunjuk, tampak seorang pria tengah dikejar oleh seorang lainnya.

Kedua pria itu tampak familiar, pikir Ketua Yori, “Itu Awan Biru dan Pangeran Rio!”

Yang terjadi kemudian berada diluar kendali Ketua Yori. Pangeran Rio menggunakan seluruh kekuatannya menghantam Awan Biru hingga ia terjatuh ke dalam jurang. Melihat hal tersebut, Ketua Yori dan para Tetua lainnya, langsung melesat sambil berteriak kesetanan. Bagaimanapun Awan Biru harus selamat!

“Bajingan, apa yang sudah kau lakukan!” Teriak Ketua Yori marah.

Mendengar hardikan Ketua Yori dari kejauhan membuat Pangeran Rio menjadi panik. Ia tidak pernah menyangka kalau dirinya akan ketahuan sedemikian cepat! Mau tidak mau ia menjadi ketakutan dan tidak tahu harus melakukan apa.

Sedetik kemudian Ketua Yori telah tiba di hadapan Pangeran Rio dan sambil menghardik, ia menggunakan jurus tapaknya untuk menghantam Pangeran Rio. Tentu saja tujuannya bukan untuk membunuh namun untuk melumpuhkan, bagaimanapun masih banyak hal-hal misterius yang belum bisa dijelaskan dan Ketua Yori membutuhkan saksi maupun pelaku sebagai pertanggungjawaban ke Kuil Nimia.

“A..Ampun!” Seru Pangeran Rio ketakutan.

Belum sempat tapak Ketua Yori menghantam kepala Pangeran Rio, sebuah tangan menghentikannya dan berhasil menyelamatkan Pangeran Rio dari hantaman Ketua Yori. Melihat hal tersebut ketua Yori mengerutkan keningnya.

“Kau pemilik aura yang memanggilku!” Ujar Ketua Yori yakin, ia memperhatikan dengan sungguh-sungguh sesosok wanita yang memakai cadar hitam agar tidak dikenali, “Siapa kau sebenarnya dan rencana busuk apa yang sedang kalian mainkan?”

“Kau tidak perlu tahu soal itu!” Ujar Windi Aura yang telah mengubah suaranya.

Rombongan para Tetua telah tiba dibelakang Ketua Yori. Dengan cepat Ketua Yori memerintahkan setengah dari mereka untuk turun kedalam jurang dan mencari Awan Biru, sementara sisanya bertugas untuk menangkap Pangeran Rio dan wanita misterius ini.

“Kalian telah melakukan dosa besar,” Ujar Ketua Yori menahan amarah, “Walaupun kalian berhasil kabur dari tempat ini, tapi kalian tidak akan pernah bisa kabur dari Kuil Nimia!”

“Memangnya seberapa hebat kuil Nimia itu!” kata Windi Aura mengejek.

Sambil berkata seperti itu, Windi Aura mengangkat Pangeran Rio seperti sedang mengangkat kapas dan melesat menggunakan ilmu meringankan tubuh.

“Cepat kejar mereka!” Perintah Yori Aura.

Para Tetua menurut dan melesat mengikuti Yori Aura, namun mereka tidak pernah menyangka kalau wanita itu sangat sakti. Wanita itu melesat dengan demikian cepat padahal tengah menggendong Pangeran Rio dengan satu tangan, bukan itu saja, wanita itu juga mengeluarkan jurus-jurus sentilan yang membuah satu persatu tetua terjatuh. Bahkan Ketua Yori terpaksa menghentikan kejarannya untuk menghindari setilan tersebut.

“Sentilah jari sakti!” Ujar Ketua Yori Aura mengenali jurus wanita itu, “Sekte Jiwa Hitam!?”

“Ketua, kita kehilangan dia,” Ujar seorang Tetua menahan malu, “Sepertinya wanita itu berada dalam Tingkatan Inti kembar!”

Ketua Yori mengangguk, “Tidak salah lagi,” Katanya membenarkan, “Jika saja aku tidak terluka karena racun, mungkin aku bisa menang melawan wanita itu!”

“Ketua!” Seru seorang tetua yang baru saja menerima kabar melalui telepati.

“Ada apa?”


“Rombongan Kuil Nimia telah tiba!” seru tetua itu sambil menelan ludah.





Read More