Saturday, January 7, 2017

Kisah Pendekar Bunga - Chapter 3 - Kitab Ilmu Silat

Pagi itu dikamarnya tuan dan nyonya Li tampak sedang merundingkan suatu hal. Wajah tuan Li tampak tidak tenang. Mereka tampak membicarakan suatu hal yang penting.

"Aku merasakan sepertinya akhir-akhir ini rumah kita kedatangan penyatron, hampir setiap malam mereka mengendap - endap dirumah kita seperti sedang mencari sesuatu" seru tuan Li.

"Aku juga merasakanya suamiku , suatu ketika aku terbangun tengah malam karena mendadak aku kehausan, ketika aku hendak kedapur aku mendengar suara dari ruang baca seperti ada orang didalamnya, namun ketika aku bertanya siapa didalam tidak ada jawaban"

"Ketika aku masuk pun didalam sudah tidak ada siapa -siapa" kata nyonya lagi .

Tuan li yang dari tadi mondar - mandir ditempatnya tampak sedang berfikir , lalu dia berkata :

“Apakah mungkin dia mengicar kitab pusaka peninggalan ayah? " Nyonya Li agak terlihat kaget lalu dia menjawab :

"sepertinya begitu suamiku"

Tuan Li aga tertegun sejenak lalu berkata :

"Tapi kejadian ini agak sedikit membingungkan karena aku tidak pernah membicarakan sedikitpun tentang kitab itu kepada orang lain” Tuan Li mendadak berhenti dan memperhatikan wajah istrinya sejenak lalu dia melanjutkan kembali perkataanya :

"Baiklah , malam ini aku dan chen akan mencoba meringkus orang itu"

Tampak kekwatiran diwajah nyonya Li dan dia pun berpesan :

"Berhati - hatilah suamiku “

Malam itu udara terasa menusuk jiwa , di langit tidak tampak bintang satupun . Hanya terpampang bulan sabit yang bersinar terang . Jangkrik pun enggan bersuara. Hanya terdengar suara kelontongan kedua tanda waktu sudah melewati tengah malam.

Disebuah ruangan yang dipenuhi oleh lemari berisi buku - buku dan kitab. Tampak seseorang sedang membolak balik isi buku satu persatu seperti sedang mencari sesuatu. walaupun ruangan itu gelap, karena tiada satu penerangan pun dinyalakan . Namun orang ini tampak memiliki mata yang sudah terlatih melihat sesuatu dikegelapan.

Dia beralih dari satu lemari ke lemari yang lainnya. Terkadang dia memeriksa kedalam meja. Namun sepertinya apa yang dicarinya masih belum ia temukan. Wajahnya mulai tampak tidak sabar. Dan dia mulai mencari dan mengacak - acak rak buku tersebut, tampaknya segala apapun sudah tidal dia pedulikan lagi.

Tiba- tiba ruangan itu menjadi terang. Karena pintu ruangan terbuka dan disana berdirilah tuan Li sambil memegangi lampu penerangan.

" Guru Ba ! Apa yang sedang kamu lakukan tengah malam disini ?" Seru tuan Li.
Ba yun xi tampak kaget melihat kini dihadapanya telah berdiri Tuan Li dan Chen. Namun mendadak dia tertawa.

"Ha ha ha ha "

Tuan Li dan Chen merasa heran kenapa Ba yun xi tiba - tiba tertawa, malah semakin lama suara tertawanya semakin keras. Tidak tahan Chen pun bertanya :

" Apa yang kau tertawakan ?"

Namun mendadak Ba yun xi berhenti tertawa . Dia menatap tuan Li sambil berkata bengis :

"Selama dua tahun ini aku telah berusaha mencari kesetiap sudut rumah ini sambil berpura - pura baik terhadap keluarga ini, namun tidak juga berhasil menemukanya " kemudian dia menghela nafas dan melanjutkan "Harusnya aku sudah menduga kalau kitab itu selalu kau bawa kemana - mana “

Tuan Li dan Chen terperanjat mendengar kata - kata yang diucapkan Ba yun xi tersebut. Tidak tahan lalu Tuan Li bertanya :

"Jadi , selama ini ? “

Ba yun xi kembali tertawa, lalu dia menjawab :

"Semua yang terjadi selama ini adalah sesuai dengan rencanaku, aku pura - pura terluka, segerombolan penjahat menyerang rumah ini, dan lain hal. Semua aku lakukan hanyalah untuk mendapatkan kepercayaan dari keluarga ini"

"Sekarang, cepat serahkan kitab pusaka tersebut !"
Ba yun xi mulai menerjang ke arah Tuan Li dengan gesit, sambil tanganya hendak mencengkram leher tuan Li.

Namun secara mendadak Chen maju menghadang didepan tuan Li sambil menghunuskan pedang kearah Ba yun xi.

Ba yun xi dengan mudah menghindari pedang Chen. Dia bergerak kesamping dan menghantam Chen dengan tendangan keras kaki kanannya hingga membuat tubuh Chen mencelat keluar jendela.

Tuan Li juga mencoba menghunuskan pedangnya untuk mempertahankan diri, namun gerakan lawan sangat cepat dan dengan jitu sudah mencengkram pergelangan tangannya.

Tuan li merasakan sekujur tubuhnya mati rasa dan pedang ditanganya pun terjatuh.

Ba yun xi dengan sigap menangkap lentera yang hampir terjatuh kelantai, dan menaruhnya diatas meja. Lalu dia memungut pedang yang terjatuh dan menghunuskanya ke leher tuan Li.

"Cepat kau serahkan kitab itu, bila kau masih sayang nyawamu !" Bentak Ba yun xi dengan bengis.
Namun tuan Li pun tidak gentar walaupun pedang tajam sudah ditempelkan pada kulit lehernya. Diapun berkata :

"Bunuh saja aku! Dan jangan harap kitab itu akan jatuh ketanganmu”

"Baiklah ! Sepertinya kau memang memilih untuk mampus daripada menyerahkan kitab itu"

Pedang ditangan Ba yun xi sudah mulai diayunkan. Dan dalam beberapa saat lagi nampaknya batok kepala tuan Li akan berpisah dari tubuhnya. Namun tiba - tiba terdengar sesorang berkata :

"Tahan dulu! "

Dan secara mendadak pedang ditangan Ba yun xi tidak jadi diteruskan. Pedang itu hanya berjarak beberapa inci dari batang leher tuan Li. Suara itu datang dari arah pintu masuk , dan disitu sudah berdiri nyonya Li yang membawa sebuah obor dan sebuah kitab. Kemudian nyonya itu berkata :

"Tunggu dulu ! Bila sampai kau bunuh dia maka kitab ini akan aku bakar habis"
Melihat kitab ditangan nyonya Li, mata Ba yun xi mencorong tajam. Lalu dia berkata :

"Baiklah, serahkan kitab itu maka aku tidak akan membunuhnya"

"Aku tidak percaya omonganmu, lepaskan dulu suamiku baru aku akan menyerahkan kitab ini"
kata nyonya Li yang mulai tampak gelisah, karena menghawatirkan keselamatan suaminya. Tiba - tiba tuan Li berteriak :

"Adik Lim apa yang kau lakukan? Cepat pergi! Tidak usah pedulikan diriku! Cepatlah lari bersama A chu! "

Ba yun xi mulai tidak sabar dengan keadaan ini, lalu secara mendadak dia tusukan mata pedang ditangannya ke paha kiri tuan Li . Tuan li mengerang kesakitan. Nyonya li mulai berkeringat dingin lalu dia berteriak kaget:

"Hei, apa yang kau lakukan terhadap suamiku? Aku benar - benar akan membakar kitab ini"

Namun Ba yun xi yang sudah lama malang melintang didunia persilatan, sudah bisa melihat keraguan serta ketakutan diwajah nyonya li, lalu dia pun membentak dengan kejam :

"Cepat serahkan kitab itu! Aku tidak akan segan - segan untuk membunuhnya! "

Ba yun xi menarik pedang yang tertusuk dipaha tuan Li. Darah segar muncrat keluar . Tuan li kembali mengerang kesakitan. Akan tetapi tekadnya sudah bulat untuk berkorban demi anak istrinya.

"Adik Lim, kumohon cepatlah lari dan bakar kitab itu ! Aku sudah bertekad untuk mati."

Keadaan menjadi menjadi tegang. Nyonya Li melihat tekad bulat suaminya, lalu dia memutuskan hendak membakar kitab itu namun.

"Ibu, Ayah apa yang kalian Lakukan disini? "

A chu telah berdiri diluar ruangan . Melihat ayahnya terluka dia pun kaget lalu berteriak sambil berlari menghampiri

"Ayah!!! Guru Ba ada apa ini? " tanya A chu meminta penjelasan.

Melihat peluang didepan mata, Ba yun xi segera menerjang kearah A chu. Melihat hal tersebut tuan Li berteriak kepada A chu menyuruhnya segera lari.

"A chu cepatlah lari ! Guru Ba adalah orang jahat yang melukai ayah"

Mendengar perkataan ayahnya, A chu sangat terkejut. Belum sempat dia bergerak ,Ba yun xi telah berdiri dibelakang A chu dan menghunuskan pedang dileher A chu. Lalu Ba yun xi berkata sambil tertawa :

"Ha ha ha, hari ini keluarga kalian memang sedang sial dan sudah ditakdirkan untuk mati semua"
Lalu dia melanjutkan dengan kata - kata bengis :

"Untuk Terakhir kalinya, cepat kalian serahkan kitab itu atau aku akan membunuh anak ini !”

Tuan dan nyonya li sudah hilang akal melhat anak kesayangan mereka terancam kematian.

Namun tiba - tiba dari belakang Ba yun xi muncul sebuah pedang mengincar kearah jantungnya .

Tetapi gerakan tersebut masih lemah dan dengan mudah dihindari oleh Ba yun xi dengan memiringkan badanya. Lalu Ba yun xi mengirimkan sebuah pukulan keras dengan tangan kirinya.

Pukulan tersebut mendarat telak diwajah orang itu yang ternyata adalah si pengurus dapur. Pukulan tersebut sekaligus menamatkan nyawanya dan Pedang ditangan orang itu pun terjatuh.

Namun tiba - tiba sebuah tangan menyambut pedang tersebut, dan menebas keatas secara serabutan.

Ternyata A chu yang agak terlepas dari cengkraman Ba yun xi, menyambut pedang yang hampir terjatuh itu .Tanpa diduga serangan itu mengenai sebelah mata dari Ba yun xi .

Ba yun xi mengerang kesakitan sambil memegangi wajahnya yg bersimbah darah. Kesempatan tersebut digunakan A chu untuk berlari kearah Ayah dan Ibunya . Ba yun xi dengan kalap melemparkan beberapa senjata rahasia ke arah A chu.

Tepat pada saat salah satu senjata itu mau mengenai A chu, mendadak muncul seseorang diblakang A chu. Menghadang serangan, Senjata rahasia itu mengenai tubuh orang itu.

" Chen, syukurlah kau masih hidup, tolonglah bawa A chu segera lari dari tempat ini " Ternyata Orang itu adalah Chen si Pelayan muda, yang sempat tidak sadarkan diri setelah menerima tendangan keras dari Ba yun Xi. Tuan Li segera memohon kepada Chen untuk membawa A chu pergi.

Chen yang terluka tanpa fikir panjang segera menggendong A chu dan membawanya lari ketempat kuda. A chu tampak meronta sambil melihat dan berteriak memanggil - manggil kepada ayah ibunya.

"Hidup lah menjadi seorang pemuda yang pemberani dan berhati lembut A chu" Tuan li berpesan yang terakhir kali kepada puteranya.

Tanpa menoleh Chen Masih berlari dan segera menaikan A chu ke punggung kuda, dan segera melesat pergi. Masih terdengar Teriakan kesedihan A chu yang memenggil - manggil kedua orang tuanya dikejauhan.

Melihat kepergian anaknya, tanpak senyuman lega diwajah tuan Li. Lalu dia menatap lekat - lekat istrinya dan berkata :

"Istriku maafkan aku karena tidak bisa melindungi keluarga kita, malah aku mengajakmu kepada kematian, apakah kamu menyesal ?"

"Aku tidak pernah menyesal menjadi istrimu, dan menjadi ibu dari A chu. Karena kalianlah kebahagian terbesar dalam hidupku dan aku akan mengikuti kemanapun kau pergi sekalipun menjemput kematian” Jawab nyonya Li sambil menatap suaminya tercinta.

Mendengar perkataan istrinya mata tuan Li berkaca - kaca. Sudah tidak ada penyesalan dalam.hidupnya Lalu dia meraih pedang dilantai dan mulai menusuk jantungnya sendiri.lentera ditangannya terjatuh kelantai dan mulai membakar tempat itu.

Melihat hal tersebut nyonya li pun membuang obor dan megambil pedang tersebut dan melakukn hal yang sama dengan suaminya. Dia terjatuh diatas jasad suaminya sambil sebelah tangannya menggengam kitab.

" Tidakkk . Aku tidak akan membiarkan kalian memusnahkan kitab itu"

Teriak Ba yun xi yang masih bersimbah darah diwajahnya. Dia pun berusaha meluncur dengan cepat mencegah kejadian tersebut.

Tetapi api telah menjalar ke segala sudut ruangan. Jasad Tuan dan nyonya Li tamapak sudah mulai terbakar.

Ba yun xi mencoba menerobos dan menggapai kitab ditangan nyonya li tanpa perduli tangannya mulai terbakar namun nyonya li walaupun diajalnya tetap tidak mau melepaskan kitab tersebut.

Tiba - tiba atap ruangan itu roboh, terpaksa Ba yun xi membetot kitab tersebut sambil menarik tangannya yg mulai terbakar.

Ternyata kitab itu berhasil diraihnya.

Namun kitab yang terbakar itu hanya tersisa beberapa lembar saja.
________________________________________________________________________________________

Previous Chapter                                                                                                              Next Chapter

No comments:

Post a Comment