Wednesday, January 11, 2017

Kisah Pendekar Bunga - Chapter 6 - Cerita Masa Lalu

Perubahan - perubahan yang terjadi atas diri anaknya, membuat Tuan dan Nyonya Yuan merasa gembira, tetapi juga amat keheranan.

Dahulu kondisi tubuh Yuan Ting sangatlah lemah. Bahkan sebelum A chu datang kerumah mereka , Hari - hari Yuan Ting lebih sering dihabiskan didalam kamarnya. entah itu membaca buku atau hanya berbaring diatas kasur.

Setelah A chu datang Yuan Ting lebih sering keluar dari kamarnya, karena A chu selalu mengajaknya pergi ke bukit belakang rumahnya. Kata A chu menghirup Udara di luar sangatlah Baik untuk kesehatannya. Walaupun sesampainya disana kerjaan Yuan Ting, hanyalah berduduk seharian sambil mendengarkan A chu bercerita.

Dan memang benar saja perlahan kondisi Yuan Ting mulai agak membaik ,bahkan sebelum A chu mengajarkannya cara menghimpun tenaga.

Namun Biasanya begitu Yuan Ting kembali ke kamarnya, setelah seharian bermain bersama A chu, dia merasa sangatlah kelelahan dan Langsung Tertidur lelap.

Tetapi Akhir - akhir ini tubuh Yuan Ting terlihat lebih kuat dan tidak mudah lelah, Hal inilah yang membuat Tuan dan Nyonya Yuan Bingung dan amat penasaran, karena mereka merasa tidak pernah mengajarkan apa - apa atau memberikan apa - apa kepada Anaknya. Bahkan Tabib yang biasa datang memeriksa kesehatan Yuan Ting pun dibuat kebingungan.

Apakah Tanpa sengaja Yuan Ting telah memakan semacam Obat ajaib, yang membuat tubuhnya menjadi lebih kuat ? ataukah dia bertemu dengan Seorang Pertapa Sakti yang telah memberinya pertolongan.

Tetapi Siapa ?

telah lama mereka Tinggal di tempat ini dan Tidak pernah mereka mengenal seorangpun yang memiliki kemampuan tersebut.

Pernah suatu hari mereka bertanya kepada Yuan Ting, mengenai perihal apa yang telah terjadi pada dirinya, atau apa yang sudah dia lakukan, bahkan sampai mereka pernah bertanya, makanan apa yang sudah dimakan Yuan Ting tanpa sepengetahuan mereka. Namun Jawaban Yuan Ting selalu sama yaitu :

‘Tidak tahu’.

Mereka mencoba bertanya kepada A chu, namun jawaban A chu pun sama

‘Tidak tahu’.

Akhirnya pada suatu hari, Yuan Tan sang ayah yang penasaran, Mulai menyelidiki tingkah laku anaknya . Dia membuntuti kemana Yuan Ting pergi, terutama pada saat anaknya pergi bersama A chu.

Yuan Tan mengikuti anaknya dan A chu pergi Melalui Pintu belakang , tenyata mereka menuju kejalan setapak yang berada dibelakang rumahnya.

Yuan Tan sangat hafal jalanan ini , dan dia sangat mengetahui kemana ujung jalan setapak ini, yaitu sebuah bukit, bukit yang penuh kenangan, Tempat yang dulu selalu digunakanya untuk melatih ilmu silatnya.

Yuan tan bersembunyi disalah satu pohon tidak jauh dari tempat A chu dan Yuan Ting duduk. Dia bisa melihat dan mendengarkan pembicaraan mereka dengan jelas.

Awalnya A chu dan Yuan Ting hanyalah membahas tentang nama - nama para pendekar, lalu membahas tempat - tempat terindah yang suatu saat akan mereka kunjungi. Dan juga tentang makanan - makanan lezat di setiap daerah .

Obrolan mereka hanyalah obrolan biasa, yang memang sering dibicarakan oleh anak seumuran mereka.

Karena merasa percuma mengikuti obrolan mereka lebih lama, akhirnya yuan tan memutuskan untuk kembali kerumahnya.

Namun belum sempat dia beranjak dari tempatnya .tiba - tiba Dia mendengar Yuan ting bertanya kepada A chu :

"Kakak Chu . Pelajaran yang kau ajarkan kepadaku waktu itu sangatlah bermanfaat. Terima kasih banyak , aku merasakan kondisi tubuhku mulai membaik. Oh iya kalau boleh aku bertanya. Dari manakah kau mempelajari kepandaian tersebut? " Yuan ting menatap A chu degan tatapan ingin tahu yang besar.

Sungguh pas sekali pertanyaaan Yuan ting tersebut, sesuai dengan apa yang sedang ingin diselidiki oleh Yuan Tan. Dia Mengurungkan niatnya untuk pergi, dan dia memutuskan untuk tetap tinggal disitu dan mendengarkan pembicaraan mereka.

A Chu tampak agak kaget dengan pertanyaan tiba - tiba dari Yuan Ting tersebut. Dia termenung agak lama lalu dia berkata :

"Adik Ting maukah kau berjanji lagi kepadaku, bahwa kau akan menyimpan rahasia ini dan tidak akan menceritakannya kepada siapa - siapa ? "

"Tentu saja Kakak Chu , bahkan aku tidak pernah mengatakan apapun kepada ayah dan Ibu tentang pelajaran yang kau ajarkan kepadaku kemarin” Jawab Yuan Ting dengan tampang serius dan Bangga.

A chu memperhatikan sikap Yuan Ting itu sambil tersenyum lalu dia mulai bercerita :

“Baiklah, jadi dulu Pada suatu malam ketika aku baru saja mahir membaca dan menulis, ayah mengajak diriku kesebuah kamar rahasia dibawah tanah.

Ruangan ini cukup besar , Disana terdapat macam - macam senjata mulai dari pedang, tombak dan berbagai jenis senjata yang aneh - aneh bentuknya, semua tergantung pada dinding ruangan. Tetapi Yang lebih Aneh, disana tidak tampak seperti ruangan atau kamar pada umumnya, disana Hanya terdapat sebuah meja dan sebuah kursi. Dan sebuah penerangan .

Siapakah pemilik kamar ini ?

Apakah ayah ?

Tetapi yang aku tahu ayah tidak pernah berlatih ilmu silat ataupun belah diri mengunakan senjata.

Oleh karena itu Awalnya aku berfikir, mungkin ayah mengajak aku ketempat ini, karena ingin memeritahukan suatu rahasia kepadaku, yang dia tidak ingin diketahui oleh Ibu. Aku sempat merasa geli membayangkan hal itu.

Atau Apakah ayah ingin mengajarkan aku ilmu silat ?

Ataukah dia ingin menghukum dan mengurungku di tempat ini?

Tetapi semua bayangan ku meleset .

Ternyata disana aku hanya disuruh menghafalkan, sebuah kitab yang sudah tampak agak usang dan berdebu.

Aku tidak mengerti kenapa ayah menyuruhku untuk menghafal isi kitab itu.

Kitab itu tidak terlalu tebal dan Sampul kitab itu sudah sangat usang, ada beberapa huruf tertulis di sampulnya, tapi tulisan itu sudah mulai pudar dan tidak bisa aku baca.

Dan Setelah kubuka ternyata kitab itu hanyalah sebuah kitab sastra pada umumnya, bahkan tidak ada satupun gambar atau hiasan lainnya. Hanyalah berupa kumpulan tulisan - tulisan.

Baru aku melihat halaman pertama saja mataku sudah berputar - putar. Namun Ayah bersi keras memaksa aku untuk menghafalkan isi kitab itu, bahkan ia tidak segan - segan memukul dan memberi hukuman kepadaku bila aku lalai.

Aku belum pernah melihat ayah bersikap kasar dan sekejam itu, apalagi kepadaku.

Tetapi pada hari biasa, sikap ayah tetap ramah dan baik kepadaku.

Setiap malam aku membaca dan menghafal isi kitab itu. Anehnya semakin lama aku membaca kitab itu , semakin aku ketarik dan penasaran. Karena bukan hanya menarik, tetapi terkadang isi kitab itu sangatlah aneh malahan terkadang lucu.

Didalam kitab itu banyak sekali, petunjuk - petunjuk untuk melakukan gerakan - gerakan tertentu.

Mulai dari cara mengambil nafas yang benar, melakukan kuda - kuda, ada juga cara mengosongkan pikiran, dan cara menghimpun tenaga, bahkan yang paling lucu didalam kitab itu ada petunjuk tentang bagaimana cara tidur yang baik ha ha ha .

Sungguh aku tidak habis pikir, pasti pengarang kitab ini adalah orang yang sangat jenaka.

Tetapi menurut buku itu, tidur merupakan suatu bagian yang paling vital dalam berlatih ilmu silat, soalnya pada saat kita tidur, sebenarnya disaat itulah tubuh kita mulai berkerja .

Tubuh kita mulai berkerja untuk mencerna, apa yang telah kita latih pada saat kita masih terjaga.

Energi yang kita kumpulkan juga, mulai dibagi - bagi dan diserap secara merarata,

Bahkan proses pemulihan tubuh kita juga terjadi dikala kita tertidur.

Makanya terkadang rasa lelah atau sakit - sakit yang kita rasakan sebelum tidur , menghilang ketika kita bagun dipagi hari dan kita merasa segar.

Walaupun aku berhasil menghafalkan isi kitab itu, tapi aku tidak pernah melatihnya karena banyak sekali petunjuk - petunjuk didalam buku ini yang aku tidak mengerti, Mungkin karena pengetahuanku yang masih bisa dibilang cetek he he.

Nah, pelajaran yang kemarin aku ajarkan kepadamu juga, aku pelajari dari petunjuk didalam kitab ini.

Lagipula hanya pelajaran itulah dari kitab ini yang aku latih ha ha ha "

A chu meceritakan pengalaman masa lalunya, mengenai dirinya dan sebuah kitab yang sangat aneh kepada Yuan Ting.

Tragedi memilukan yang menimpa keluarga A chu karena kitab itu, tidak A chu ceritakan, karena menurutnya hal tersebut bisa membuat Yuan Ting merasa sedih.

Lagipula A chu pun tidak ingin mengingat peristiwa buruk, yang menimpanya tersebut.

Yuan Ting mendengarkan cerita A chu dengan hikmat. Terkadang dia tertawa mendengar gaya bicara A chu yang lucu, ketika Menirukan suara galak ayahnya. Tetapi terkadang dia juga menjadi sangat bersemangat dan penasaran.

Yuan Ting paling suka mendengarkan A chu bercerita.

Karena selain A chu memang pandai mengolah kata, sehingga ceritanya menjadi enak didengar, A chu juga mahir meperagakan kejadian demi kejadian yang terjadi didalam ceritanya.

Bila memperhatikan A chu bercerita , kita seolah - olah diajak untuk masuk menyelam kedalam ceritanya, dan mengalami langsung kejadian - demi kejadian Itu secara nyata.

Mungkin ini salah satu bakat terpendamnya, sepertinya dimasa depan A chu cocok menjadi seorang tukang dongeng keliling.

Yuan Ting selalu merasa geli bila membayangkan hal ini.

Dia membayangkan kelak A chu sedang duduk dibawah pohon dan asik berdongeng, sementara dihadapanya telah ramai oleh anak - anak kecil yang duduk rapih mendengarkan dongeng A chu, dia juga membayangkan wajah anak - anak kecil lugu tersebut yang tampak sangat serius dan bersemangat menyimak A chu becerita, persis seperti keadaan dirinya sekarang.

Mengetahui hal ini , tanpa sadar Yuan Tin menjadi cekikikan sendiri.

"Adik Ting ! "

Tiba - tiba terdengar suara A chu memanggil.

Tetapi Yuan Ting masih tampak asik sendiri, membayangkan tentang A chu di masa depan.

"Adik Ting ! hei Adik Ting !" A chu memanggil lagi.

Kali ini tangannya tampak dilambai - lambaikan didepan wajah Yuan Ting.

Seketika itu pula buyarlah lamunan Yuan Ting. Dan dengan wajah agak kikuk dan sedikit malu Dia menjawab :

"Eh ? i.. iya? " hanya kata itu yang sempat keluar dari mulut Yuan Ting.

"Ha ha. Kau sedang melamun apa hayo ? "

A chu memperhatikan wajah dan sikap Yuan ting yang kikuk itu dengan dengan tatapan jenaka.

"Ti.. tidak me.. melamun apa - apa , a.. aku hanya sedang mencoba untuk meresapi cerita kakak Chu tadi" jawab Yuan Ting secara Terbata - bata sambil menundukan kepalanya malu.

"Ha ha ha ha , mengapa kau tampak gugup hayo ? Ha ha ha ha ha “

Sambil tertawa A chu terus saja meledek Yuan Ting.

"Ah kakak Chu, kau memangnya si orang jahat hu hu hu "

Yuan ting memeletkan lidahnya lalu memukul - mukul tubuh A chu dengan gemas.

"Ha ha ha, mohon ampun Adik Ting, ha ha." A chu tertawa geli.

Tanpa terasa, waktu sudah hampir malam.

"Oh iya adik Ting, tampaknya karena terlalu Asik bercerita, aku sampai lupa waktu, matahari sudah hampir Terbenam. Gawat ini ayo lekas kita pulang”

Lalu A chu dan Yuan ting tampak berjalan beriringan dengan bahagia meninggalkan tempat tersebut.

Masih terdengar suara gelak tawa mereka dari kejauhan.

Matahari sudah mulai terbenam dan kegelapan mulai menyelimuti bukit tersebut, sudah tidak nampak bayangan seorangpun ditempat itu.

Suasana menjadi sunyi senyap.

Benarkah sudah tidak ada seorangpun dibukit tersebut ?

Tiba - tiba dari balik kegelapan muncul bayangan seseorang, dia berjalan dengan langkah yang amat ringan dan tanpa menimbulkan suara sedikitpun, kedua tangannya disingkap kebelakang dia berjalan menuju kepinggir bukit .

Langkahnya terhenti disitu dan dia mulai menatap jauh kedepan.

Beberapa saat kemudian Sinar rembulan mulai menyinari bukit tersebut.

Menyinari tubuh orang yang sedang berdiri dipingiran bukit itu.

Perlahan - lahan bayangan orang tersebut mulai pudar dan menperlihatkan wujudnya, mulai dari ujung sepatunya sampai kebagian wajahnya.

Ketika Wajahnya baru saja tersingkap sebagian sebatas mulut dan hidung,
Tiba - tiba orang itu tersenyum bengis dan berkata secara pelahan :

"Akhirnya .."

‘Akhirnya’ adalah sebuah kata yang sangat teramat singkat. Sangat mengikat dan Sangat misterius, entah apa makna sesungguhnya yang terkadung didalamnya. Hanya Orang itu dan tuhan yang tau.

"HA HA HA HA HA....”

Lalu tidak lama kemudian terdengar suara tawanya yang mengelegar dan bergema keseluruh penjuru.

Memecah keheningan malam.
________________________________________________________________________________________

Previous Chapter                                                                                                              Next Chapter

No comments:

Post a Comment