Hari itu juga, telegram-telegram rahasia (Semacam kode
rahasia yang dikirimkan dari jarak jauh dengan menggunakan rune-rune) telah
dikirimkan oleh Kuil Hati Kudus kepada semua perguruan aliansi mereka, termasuk
Kuil
Nimia, pelindung utama Kuil Hati Kudus.
Sementara itu,
di dalam Paviliun Klan Biru, Risa Biru tengah berlatih ilmu silat dengan
menempel di kain tidur (Kain lembut yang digantung di sisi tembok, biasa
digunakan untuk tidur seluruh keturunan Klan Biru). 2 tahun ini Risa Biru terus
mempelajari mengenai kain tidur yang digunakan keluarga suaminya itu dan ilmu
silat miliknya mengalami peningkatan yang sangat drastis, bahkan membuatnya
menembus tingkatan Inti Energi menengah.
“Mungkin karena
ilmu silat Hati Kudus terinspirasi dari ilmu silat Klan Biru sehingga
kekuatanku dapatmeningkat dengan cepat,” Gumam Risa Biru menganalisa.
Selagi Risa Biru
asik berlatih, seorang wanita cantik berusia sekitar 26an tahunan masuk
keruangannya. Wanita tersebut tampak panik dan terengah-engah, jelas dia kemari
dengan terburu-buru.
“Kakak pertama,
ada apa?” Tanya Risa Biru melesat meninggalkan kain tidurnya dan mendarat
dihadapan wanita cantik tersebut dengan sangat anggun.
“Ada masalah
besar, adik kelima!” Seru wanita yang disebut kakak pertama, “Perguruan dalam
bahaya, guru diracun orang!”
“Apa!?” Seru
Risa Biru tidak percaya, namun belum sempat ia bertanya mulutnya telah
dibungkam oleh tangan kakak pertama.
“Diamlah dulu,”
Ujar kakak pertama menoleh ke kanan dan kekiri, memastikan tidak ada orang
disekitar mereka, “Masalah guru diracun orang hanya diketahui oleh murid-murid
perguruan kita, tidak boleh disebar!”
Risa Biru
mengangguk cepat, “Kakak, tolong ceritakan secara jelas apa yang sebenarnya
terjadi?”
“Soal itu aku
juga kurang tahu, adik,” Jawab Kakak Pertama sambil menggelengkan kepala,
“Beberapa saat yang lalu, Perguruan Hati Kudus mengirimkan 2 telegram rahasia,
1 untuk kita dan 1 untuk Kuil Nimia, namun keduanya mempunyai isi yang sama,
Kuil Hati Kudus dalam bahaya dan membutuhkan pertolongan segera. Hanya saja,
telegram untuk kita terdapat kalimat tambahan yang berbunyi ‘Ketua Yori
diracun, semua murid utama diharapkan kembali!’”
“G..Guru.. Kita
harus kembali sekarang juga!” Ujar Risa Biru khawatir.
Kakak pertama
mengangguk setuju, “Semua murid sedang mempersiapkan diri untuk kembali,”
Ujarnya, “Kita akan pergi bersama para pendekar Kuil Nimia sebentar lagi!”
“Kuil Nimia juga
berangkat secepat ini?” Seru Risa Biru heran, bagaimanapun saat ini masih
tengah malam.
“Tentu saja
mereka akan bergerak secepat mungkin,” Ujar kakak pertama, “Kau lupa kalau
suamimu masih berada di kuil hati kudus?”
“Astaga, Awan
Biru!” Seru Risa Biru panik, ia buru-buru mengambil pedangnya dan berlari
keluar, “Ayo cepat, kakak! Kita tidak punya banyak waktu!”
Risa Biru
menjadi semakin panik ketika menyadari kalau suaminya juga dalam bahaya.
1 jam kemudian
pasukan Kuil Nimia telah siap, jumlahnya tidak main-main, 200 biksu dengan
kekuatan terendah berada di tingkatan Kulminasi Energi puncak! 200 pasukan itu
dipimpin oleh 2 Tetua Utama, Tetua keempat dan Tetua Kelima, yang secara tidak
langsung menyatakan betapa dashyatnya Kuil Nimia merespon panggilan Kuil Hati
Kudus.
Pada saat yang bersamaan, di Kuil Hati Kudus, Windi Aura yang
menutup identitasnya dengan menggunakan topeng dan jubah hitam, menerobos masuk
Paviliun Pangeran keenam dan merobohkan para pengawal kerajaan. Kekuatannya
begitu absolut hingga membuat Pangeran Keenam ketakutan dan memohon ampun.
“Jangan khawatir,” Ujar Windi Aura memandang hina
laki-laki yang berlutut ketakutan di hadapannya, di dalam hatinya ia meyesalkan
sikap Vira Aura yang memilih laki-laki lemah ini, “Aku tidak berniat
membunuhmu. Aku kemari untuk memberi perintah kepadamu!”
“Perintah?” Tanya Pangeran Rio kebingungan.
“Aku tahu kalau kau yang membunuh pelayan kesayangan Awan
Biru,” Ujar Windi Aura, “Aku tahu kalau kau juga mempunyai hubungan gelap
dengan Vira Aura, aku tahu semuanya.”
“Si, Siapa kau sebenarnya?”
“Jangan memotongku!” Seru Windi Aura sambil menendang
wajah Pangeran Rio hingga hidungnya patah.
“Uh, Maafkan aku,” Jawab Pangeran Rio memegangi wajahnya
kesakitan.
Windi Aura memandang Pangeran Rio dari balik topengnya
dengan tatapan kebencian, ia membenci pria playboy ini lebih daripada Awan
Biru. Windi Aura berpikir kalau penyebab semua masalah ini adalah Pangeran
Keenam dihadapannya ini, jika saja dia mampu mengendalikan selangkangannya!
“Perintahku hanya satu, bunuh Awan Biru jika kau masih
mau hidup di dunia ini!” Ujar Windi Aura, “Aku hanya memberimu waktu selama 2
hari, jika bocah itu masih hidup maka kaulah yang akan mati ditanganku!”
“Membunuh Awan
Biru?” Ujar Pangeran Rio tertarik,ia membenci Awan Biru dan dengan sifatnya, ia
memang ingin sekali membunuh bocah tersebut apapun resikonya, “Tapi, penjagaan
Awan Biru begitu ketat,bagaimana mungkin aku bisa membunuhnya?”
Semenjak upaya
pembunuhan Ketua Yori dengan racun, penjagaan seluruh wilayah Hati Kudus
diperketat, termasuk penjagaan Awan Biru yang merupakan tamu agung mereka.
“Soal itu kau
tidak perlu takut,” Windi Aura melemparkan sebuah buku kecil kepada Pangeran
Rio, buku tersebut berisi kode-kode yang sulit dimengerti orang biasa, “Jika
kau menyerahkan beberapa lembar kertas dalam buku tersebut dan mengirimkannya
kepada Awan Biru, ia pasti mau bertemu denganmu seorang diri. Kurasa kau tidak
akan kalah jika bertarung dengan Awan Biru,kan?”
“Tentu saja!” Ujar Pangeran Rio yakin, “Tapi, bagaimana jika ia tidak
mau bertemu denganku?”
“Hah, bocah itu merasa dirinya paling pintar,” Ujar Windi
Aura serius, “Mendapatkan perlindungan dari Kuil Nimia dan Ketua Hati Kudus, ia
merasa kalau dirinya aman ditempat ini. Kau tidak perlu khawatir ia tidak akan
datang, karena dengan lagaknya seperti seorang pahlawan muda, ia pasti akan datang.
Yang penting kau jangan sampai kalah dengannya!”
“Aku tidak akan kalah!” tegas Pangeran Rio untuk kedua
kalinya.
“Huh,kuharap kau
benar-benar tidak kalah!”
Seusai berkata seperti itu, Windi Aura menghilang dari
hadapan Pangeran Rio bagaikan sebuah asap, meninggalkan Pangeran Rio seorang
diri dikamarnya.
“Awan Biru, lagi-lagi Awan Biru!” Seru Pangeran Rio
kesal, sudah beberapa kali ia direndahkan dan tidak dianggap cuman gara-gara
bocah sialan tersebut, “Membunuh Awan Biru, kurasa itu tidak akan menjadi
masalah selama aku melakukannya dengan kehati-hatian!”
Awan Biru turun dari kain tidurnya, walaupun begitu,
sebenarnya ia sama sekali tidak bisa tidur beberapa hari terakhir ini. Kematian Mina Sulastri,
kebakaran Rumah duka dan menghilangnya kedua pengawal pribadinya membuat
kepalanya seakan mau pecah. Seakan belum selesai, semua hal ini diperparah
dengan keputusan Ketua Yori untuk menutup diri!
“Semuanya masih misterius,” Ujar Awan Biru, bagaimanapun
informasi yang ia dapatkan sungguh sangat sedikit, “Apa yang sebenarnya sedang
terjadi?”
Baru saja dia
melangkahkan kakinya keluar rumah, Awan Biru melihat sebuah kertas yang
ditancapkan dengan paku di pintu rumahnya. Sepertinya kertas ini baru saja
ditancapkan karena tidak ada satupun pelayan yang melihat dan beberapa waktu
yang lalu kertas ini tidak ada. Awan Biru mengambil kertas tersebut dan mulai
membacanya.
“I..ini!” Awan
Biru mengenali tulisan dan
kode-kode rahasia di kertas tersebut, “Kertas ini milik paman hitam!”
Awan Biru lalu membalikkan kertas tersebut dan terdapat
sebuah kalimat, “Datanglah ke hutan pinggir jurang seorang diri, sekarang juga!
maka aku akan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi!”
“Hutan pinggir jurang?” Seru Awan Biru berpikir, “Itu
tempat Mina terjatuh. Uhh,”
Tanpa membuang waktu Awan Biru berlari meninggalkan
paviliunnya menuju tempat yang tertera di kertas itu seorang diri. Setibanya
disana, Awan Biru tidak menemukan seorangpun, hingga akhirnya ia kehabisan
kesabaran dan berteriak.
“Siapa yang memanggilku?” Ujarnya, “Keluarlah sekarang
juga!”
Tidak ada jawaban.
Sebenarnya siapa yang mengirimkan surat kepada dirinya?
Awan Biru menunggu sekitar 10 menit sebelum suara tawa
terdengar dari dalam hutan.
“Siapa kau?” Tanya Awan Biru memperhatikan sesosok
bayangan hitam, namun tidak berapa lama sosok tersebut mulai menampilkan wajah
orang yang dia kenal, “Pangeran Rio?”
“Kita bertemu lagi, Tuan Muda Biru,” Ujar Pangeran Rio
menampilkan senyum mengejek.
Kening Awan Biru mengerut melihat tingkah laku Pangeran
Rio, “Kaukah yang menempelkan surat ini di pintu paviliunku?”
Pangeran Biru melihat selembar kertas di tangan kanan
Awan Biru dan menjawab, “Ya, aku yang menempelkannya”
“Darimana kau dapatkan kertas ini?” Tanya Awan Biru
buru-buru, “Sebenarnya apa yang sedang terjadi di Kuil ini?”
Pangeran Rio tidak menjawab, ia hanya menampilkan senyum
sambil berjalan mendekati Awan Biru. Untuk membunuh Awan Biru sebenarnya mudah,
namun lebih baik jika pembunuhan itu dilakukan secara hati-hati tanpa
menggunakan ilmu silat Kerajaan Hilram.
Melihat Pangeran Rio berjalan mendekat, Awan Biru
langsung mengambil sikap defensif. Ia melompat beberapa langkah kebelakang dan
secara sadar menempatkan punggungnya ke arah yang memudahkan ia untuk berlari.
“Kenapa?” Tanya Pangeran Rio licik, “Aku hanya ingin
mendekat agar komunikasi kita lancar”
“Tidak perlu mendekat,” Ujar Awan Biru dingin, ia sadar
betul kelemahan ilmu silatnya, “Kau bisa berbicara dari sana”
Pangeran Rio tidak memperdulikan peringatan Awan Biru, ia
terus melangkah mendekat dan perlahan, tanpa malu-malu, memperlihatkan napsu
membunuhnya.
Melihat situasi itu, Awan Biru langsung mengeluarkan
sebuah bom asap berbentuk bola dari cincin penyimpanannya dan bergerak kabur.
“Ini benar-benar jebakan!” Ujar Awan Biru yang menyadari
kalau dirinya terlalu naif.
Awan Biru mulai berlari menghindari Pangeran Rio, namun
ia salah memperhitungkan kekuatan sejati Pangeran Rio tersebut. Baru 10 langkah
ia berlari, Pangeran Rio langsung berada di hadapannya dan mendaratkan dua
tapak penuh tenaga dalam. Kekuatan tapak itu begitu kuat hingga Awan Biru
terpental jauh hingga ke dalam jurang.
“K..Kau..” Seru Awan Biru melotot tidak percaya, dari
sudut matanya ia melihat beberapa sosok bayangan melesat dari kejauhan,
berteriak seperti orang gila dan mendekati dirinya dan Pangeran Rio dengan
kecepatan mengerikan. Namun, Awan Biru sudah tidak lagi menyadari apapun,
pandangannya gelap dan ia mulai kehilangan kesadaran.
Ketua Yori Aura tengah mengurung diri untuk memulihkan
racun yang masuk kedalam tubuhnya, namun disaat ia tengah bersemedi, ia
merasakan sebuah aura kuat yang muncul secara terang-terangan di tengah Kuil
Hati Kudus. Jelas pemilik aura tersebut berniat menantang dirinya.
“Kaukah yang berada di balik semua kejadian ini?” Ujar
Yori Aura penuh kebencian.
Kematian pelayan Awan Biru, kebakaran di rumah duka dan
dirinya yang terkena racun. 3 hal itu membuat Yori Aura yakin kalau ada pihak
yang sengaja ingin menghancurkan Kuil Hati Kudus. Walaupun ia belum tahu
motifnya namun ia mengirimkan berita ke seluruh aliansi Kuil Hati Kudus dan
meminta bantuan mereka semata-mata untuk memancing agar pelakunya keluar. Ya,
pelakunya memang keluar seperti prediksi Yori Aura. Namun, yang Yori Aura tidak
pernah menyangka, kalau segala tindakannya ternyata telah sesuai dengan
perkiraan sang pelaku.
“Saat ini kekuatanku memang berkurang jauh,” Ujar Yori
Aura memeriksa Qi yang ia miliki hanya tersisa 60% saja, “Tapi, bukan berarti
kau bisa berbuat seenaknya!”
Yori Aura mengirimkan pesan melalui telepati kepada
seluruh Tetua dan melesat keluar mengejar pemilik asal Aura tersebut. Dengan
menggunakan ilmu meringankan tubuh, Ketua Yori Aura dan para Tetua lainnya,
melesat menuju ke dalam hutan mendekati asal Aura yang mendadak lenyap!
“Aneh sekali,” Ujar Yori Aura kepada seorang tetua,
“Kenapa Aura sekuat ini bisa lenyap sedemikian mudah? Ilmu apa yang sebenarnya
ia gunakan?”
Yori Aura dan Para Tetua lalu berhenti dan menggunakan
semua inderanya untuk memeriksa seluruh hutan. Tidak beberapa lama, seorang
tetua mengeluarkan seruan kaget dan langsung memberi tahu Ketua Yori.
“Ketua, coba kau lihat itu!” Seru Tetua itu panik.
Ketua Yori dan para tetua lainnya melihat arah yang
ditunjuk, tampak seorang pria tengah dikejar oleh seorang lainnya.
Kedua pria itu tampak familiar, pikir Ketua Yori, “Itu
Awan Biru dan Pangeran Rio!”
Yang terjadi kemudian berada diluar kendali Ketua Yori.
Pangeran Rio menggunakan seluruh kekuatannya menghantam Awan Biru hingga ia
terjatuh ke dalam jurang. Melihat hal tersebut, Ketua Yori dan para Tetua
lainnya, langsung melesat sambil berteriak kesetanan. Bagaimanapun Awan Biru
harus selamat!
“Bajingan, apa yang sudah kau lakukan!” Teriak Ketua Yori
marah.
Mendengar hardikan Ketua Yori dari kejauhan membuat
Pangeran Rio menjadi panik. Ia tidak pernah menyangka kalau dirinya akan
ketahuan sedemikian cepat! Mau tidak mau ia menjadi ketakutan dan tidak tahu
harus melakukan apa.
Sedetik kemudian Ketua Yori telah tiba di hadapan
Pangeran Rio dan sambil menghardik, ia menggunakan jurus tapaknya untuk
menghantam Pangeran Rio. Tentu saja tujuannya bukan untuk membunuh namun untuk
melumpuhkan, bagaimanapun masih banyak hal-hal misterius yang belum bisa dijelaskan
dan Ketua Yori membutuhkan saksi maupun pelaku sebagai pertanggungjawaban ke
Kuil Nimia.
“A..Ampun!” Seru Pangeran Rio ketakutan.
Belum sempat tapak Ketua Yori menghantam kepala Pangeran
Rio, sebuah tangan menghentikannya dan berhasil menyelamatkan Pangeran Rio dari
hantaman Ketua Yori. Melihat hal tersebut ketua Yori mengerutkan keningnya.
“Kau pemilik aura yang memanggilku!” Ujar Ketua Yori
yakin, ia memperhatikan dengan sungguh-sungguh sesosok wanita yang memakai
cadar hitam agar tidak dikenali, “Siapa kau sebenarnya dan rencana busuk apa
yang sedang kalian mainkan?”
“Kau tidak perlu tahu soal itu!” Ujar Windi Aura yang
telah mengubah suaranya.
Rombongan para Tetua telah tiba dibelakang Ketua Yori.
Dengan cepat Ketua Yori memerintahkan setengah dari mereka untuk turun kedalam
jurang dan mencari Awan Biru, sementara sisanya bertugas untuk menangkap
Pangeran Rio dan wanita misterius ini.
“Kalian telah melakukan dosa besar,” Ujar Ketua Yori
menahan amarah, “Walaupun kalian berhasil kabur dari tempat ini, tapi kalian
tidak akan pernah bisa kabur dari Kuil Nimia!”
“Memangnya seberapa hebat kuil Nimia itu!” kata Windi
Aura mengejek.
Sambil berkata seperti itu, Windi Aura mengangkat
Pangeran Rio seperti sedang mengangkat kapas dan melesat menggunakan ilmu
meringankan tubuh.
“Cepat kejar mereka!” Perintah Yori Aura.
Para Tetua menurut dan melesat mengikuti Yori Aura, namun
mereka tidak pernah menyangka kalau wanita itu sangat sakti. Wanita itu melesat
dengan demikian cepat padahal tengah menggendong Pangeran Rio dengan satu
tangan, bukan itu saja, wanita itu juga mengeluarkan jurus-jurus sentilan yang
membuah satu persatu tetua terjatuh. Bahkan Ketua Yori terpaksa menghentikan
kejarannya untuk menghindari setilan tersebut.
“Sentilah jari sakti!” Ujar Ketua Yori Aura mengenali
jurus wanita itu, “Sekte Jiwa Hitam!?”
“Ketua, kita kehilangan dia,” Ujar seorang Tetua menahan
malu, “Sepertinya wanita itu berada dalam Tingkatan Inti kembar!”
Ketua Yori mengangguk, “Tidak salah lagi,” Katanya membenarkan,
“Jika saja aku tidak terluka karena racun, mungkin aku bisa menang melawan
wanita itu!”
“Ketua!” Seru seorang tetua yang baru saja menerima kabar
melalui telepati.
“Ada apa?”
“Rombongan Kuil Nimia telah tiba!” seru tetua itu sambil
menelan ludah.
No comments:
Post a Comment