Saturday, August 12, 2017

BAB 5 – Pernikahan

BAB 5 – Pernikahan

Sebulan kemudian pada hari ketujuh pernikahan antara Awan Biru dan Risa Aura diadakan. Walaupun telah dirahasiakan namun berita mengenai pernikahan ini telah tersebar ke seluruh Miraj, akibatnya banyak sekali hadiah dari berbagai kerajaan dan perguruan silat berdatangan. Namun tentu saja, karena tidak mendapatkan undangan, hanya perwakilan kerajaan dan perguruan silat saja yang datang.

Dari ufuk barat, 5 ekor elang besar terbang mendekati Kuil Hati Kudus. Di atas elang besar itu berdiri puluhan pria berpakaian biksu yang gagah dan begitu agung. Semua yang melihat elang-elang tersebut mendekat langsung menyingkir dan mempersilahkan jalan bagi mereka, siapapun tahu dari mana asal biksu-biksu tersebut.

Ketika mereka mendarat, para Biksu itu langsung memberi hormat kepada Tetua leluhur.

“Salam, guru,” Ujar Tetua kedua, “Semoga dewa menunjukkan belas kasihnya kepada kita!”

“Salam, guru,” Ujar Tetua kelima, “Semoga dewa menunjukkan belas kasihnya kepada kita!”

“Salam,” Jawab Tetua leluhur, “Semoga dewa menunjukkan belas kasihnya kepada kita semua!”

 Setelah memberi hormat, kedua tetua itu langsung tersenyum senang kepada gurunya.

“Bagaimana dengan Klan Wural?” Tanya Tetua leluhur.

“Mereka sudah menyerah, Guru,” ujar Tetua kedua, “Klan Wural kini telah menyingkir ke wilayah pedesaan dan tidak lagi berurusan dengan kerajaan. Mereka juga sudah menyerahkan semua hartanya kepada Kuil Nimia sebagai permintaan maaf.”

“Baguslah!” Ujar Tetua leluhur senang, “Setidaknya tidak perlu terjadi pembantaian!”

“Ngomong-ngomong, Guru,” Ujar Tetua keempat, “Dimana calon pengantin kita?”

Tetua leluhur tertawa senang mendengar ucapan Tetua keempat, memang dibandingkan tetua lain, tetua keempatlah yang benar-benar mengangkat saudara dengan Guntur Biru. Bisa dibilang, dialah paman Awan Biru dan dialah yang paling berhak menjadi wali bagi Awan Biru setelah Tetua leluhur sebagai guru Awan Biru.

“Keponakanmu itu sungguh sangat beruntung,” Ujar Tetua leluhur senang, “Siapa yang pernah menyangka ia akan mendapatkan istri yang sangat cantik dan berbakat! Dengan istri seperti itu di sampingnya, mendirikan kerajaan dan menguasai dunia akan menjadi lebih mudah!”

Ketiga biksu itu berjalan masuk ke paviliun utama sambil tertawa senang, sementara biksu-biksu lain telah bubar menuju tempat masing-masing untuk menyukseskan acara pernikahan ini.

Didalam paviliun utama, yang telah disulap menjadi altar perkawinan yang sangat indah, sepasang calon suami istri tampak duduk di sebuah sofa panjang dengan sangat tidak nyaman. Yang pria masih sangat muda, seperti seorang remaja yang tidak bisa diam namun tidak bisa berbuat apa-apa. Sementara yang wanita merupakan wanita yang sangat cantik, bahkan dengan riasan tebal ia memancarkan aura kedewasaan dan kecantikan yang sangat luar biasa.

“Gadis itu benar-benar cantik,” Puji Tetua kelima senang, “Benar-benar pantas untuk menjadi pasangan Awan Biru!”

“Tentu saja,” kata Tetua leluhur santai, “Memangnya kau berpikir aku akan menikahkan murid kesayanganku kepada wanita yang biasa biasa saja?”

“Salam tetua kedua, tetua keempat,” Ujar Ketua Yori menyambut kedua tetua yang baru datang.

“Salam, Tetua Yori,” Jawab Tetua kedua dan tetua keempat membalasa hormat Ketua Yori.

“Sudah lama sekali kita tidak bertemu,” Ujar Tetua Kedua, “Abang pertama mengirimkan pesan untukmu dan berharap kau selalu sehat!”

Ketua Yori hanya bisa tersenyum getir mendengar hal tersebut. Sewaktu muda, ia dan Tetua Pertama menjalin hubungan pertemanan yang sangat akrab dan Ketua Yori berniat untuk memperdalam hubungan tersebut, namun sayangnya, Tetua pertama lebih memilih melatih ilmu silatnya ketimbangan mengurus percintaan.

“Senang sekali dia masih mengingatku,” Ujat Ketua Yori tidak peduli, “Aku juga berharap dia selalu sehat!”

“Baiklah, baiklah,” ujar Tetua leluhur yang juga mengetahui mengenai masa lalu mereka, “Tamu yang kita tungguh telah tiba, sebaiknya kita mulai upacara pernikahan ini”

Upacara pernikahan berlangsung secara sederhana dengan Tetua leluhur sebagai pendeta utam, Ketua Yori sebagai wali mempelai wanita dan Tetua Keempat sebagai Wali mempelai Lelaki. Setelah menyembah para dewa, wali dan guru, kedua mempelai tersebut saling memberi hormat. Setelah itu pemberkatan dilakukan oleh pendeta utama dengan berbagai doa dan ritual penyiraman abu, barulah pernikahan mereka sah menurut adat dunia ini.

Seusai upacara, Awan Biru dan Risa Aura menuju paviliun mereka sambil bergandengan tangan erat. Siapapun bisa melihat tangan Awan Biru bergetar hebat ketika menggenggam tangan Risa Aura.


Malam harinya, Risa Aura terduduk dikasur seorang diri. Tubuhnya memakai baju sutra berwarna merah yang panjangnya hingga mencapai semata kaki. baju tersebut merupakan baju adat malam pertama seorang wanita yang sangat lembut, namun juga sangat tipis, sehingga tidak ada bedanya antara memakai baju ataupun tidak, siapapun dapat melihat seluruh lekukan tubuh Risa Aura.

Walaupun berusia 6 tahun lebih tua dari Awan Biru, namun Risa Aura tidak mengerti apa-apa mengenai sebuah pernikahan. Seluruh hidupnya hanya didedikasikan ke ilmu silat. Tentu saja Risa Aura pernah memimpikan seorang pria, bagaimanapun ia adalah gadis normal, namun itu tidak sering dan dia selalu mengalihkan hasrat masa pubernya ke ilmu silat.

“Bagaimanapun aku lebih tua dari dia,” Ujar Risa Aura mengambil keputusan, “Akulah yang harus memandu suamiku!”

Risa Aura merupakan gadis berbakat namun sifatnya polos dan keras kepala. Saat ini dirinya dan Awan Biru telah resmi menjadi suami istri, dia tidak boleh lagi malu menunjukkan tubuhnya kepada suaminya sendiri dan mereka berdua harus melakukan hubungan badan sebagaimana selayaknya suami istri pada malam pernikahan.

Setelah menenangkan hati dan berulang kali menarik napas, Risa Aura berdiri dan berjalan keluar ruangan. Di paviliun ini tidak ada siapapun selain dirinya dan Awan Biru, bahkan Kuil Nimia dan Kuil Hati Kudus telah memasang berbagai susunan formasi Qi dan segel untuk mencegah siapapun mengganggu mereka dalam malam pertama.

“Awa- Suamiku,” Ujar Risa Aura meralat ucapannya, “Suamiku, kau berada dimana?”

Sesungguhnya selama sebulan ini jarang terjadi interaksi antara Risa Aura dan Awan Biru. Menurut pandangan Risa, Awan Biru merupakan anak yang sangat pemalu. Setiap kali mereka bertemu ia akan diam dan menundukkan kepala tidak berani memandang dirinya. Bahkan, beberapa kali Awan Biru berlari dan bersembunyi jika bertemu dengan dirinya. Sungguh perilaku yang sangat lucu dan cocok dengan umurnya.

Risa Aura tiba disebuah ruangan yang salah satu temboknya telah dipasang sebuah kain yang menutupi seluruh tembok dan lantai. Di sudut atas tembok terdapat seorang bocah yang sedang meringkuk dengan melilit seluruh tubuhnya dengan kain hingga ia seperti sedang melayang. Bocah tersebut seperti sedang tidur dengan menghadap tembok.

“Aku tahu kamu tidak sedang tidur,” Ujar Risa Aura heran. Ia telah mendengar tentang kebiasaan tidur Klan Biru dari Tetua Leluhur dan gurunya, namun melihatnya sendiri membuatnya merasa takjub, “Apakah kamu mau mengabaikan aku begini saja?”

Awan Biru tidak menjawab, ia tidak tahu harus menjawab apa, pikirannya benar-benar kebingungan.

“Aih, rupanya suami yang kunikahi tidak mencintai istrinya,”Ujar Risa Aura licik, “Betapa malangnya diriku. Baiklah, kalau begitu, anggap saja nasibku tidak beruntung..”

“Ti..Tidak, bukan begitu,” Ujar Awan Biru cepat-cepat, “Ka..kakak Risa, aku tidak tahu harus bagaimana!”

Risa Aura tersenyum mendengar jawaban Awan Biru. Setidaknya anak ini memiliki karakter yang sangat baik dan tidak jahat. Seketika perasaan Risa Aura lega dan dia bisa memutuskan untuk mencintai anak ini sepenuh hati sebagai suaminya, satu-satunya, seumur hidupnya!

Risa Aura berjalan dengan lebih santai, ia tidak lagi merasa malu dengan pakaian yang ia kenakan.

“Jangan panggil aku kakak,” Ujar Risa Aura yang berada tepat dibawah Awan Biru lembut, “Aku isterimu, pasangan hidupmu yang sah. Kaulah yang harus membimbing diriku dalam kehidupan ini!”

“A..Aku..”

“Suamiku, turunlah,” Ujar Risa Aura dengan sabar dan lembut, “Kita tidak bisa berbicara jika kau terus berada di tempat itu!”

Awan Biru terdiam beberapa saat sebelum menurut dan berguling turun dengan sangat anggun. Namun ketika ia melihat bagaimana lekuk tubuh Risa Aura berada di hadapannya, buru-buru ia membalikkan badannya kaget.

“Ma..Maaf, aku tidak sengaja!” Pekik Awan Biru.

Risa Aura tersenyum, aku bisa menyerahkan segalanya dengan pria seperti ini. perasaan Risa Aura menjadi sangat tenang. Ia mendekat dan meraih tangan kanan Awan Biru dan menggenggamnya erat.

“Aku sudah bilangkan, aku ini istrimu,” Ujar Risa Aura sambil membungkukkan tubuhnya karena memang ia lebih tinggi sekitar 7-10 cm dari Awan Biru, “Kau tidak perlu malu terhadap istrimu ini!”

Awan Biru menelan ludah mendengar ucapan Risa Aura. Sebuah monster yang asing telah menjajah perutnya hingga membuat perasaannya kalut dan pikirannya tidak tenang. Ia tidak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya sehingga ia tidak tahu harus bereaksi apa.

“Suamiku,” Ujar Risa Aura berbisik lembut di telinga Awan Biru, “Apa kau mencintai aku, istrimu ini?”

Awan Biru terdiam, ia merupakan anak cerdas yang memiliki pengetahuan luas. Dia pernah membaca buku kalau dua orang menikah maka mereka berdua harus saling mencintai.

“Tentu saja!” Ujar Awan Biru sungguh-sungguh, “Sudah menjadi kewajiban suami untuk mencintai istrinya!”

“Jawaban bagus,” Ujar Risa Aura mencium pipi kanan Awan Biru.

“Ka..kakak,” Seru Awan Biru kaget.

“Jangan panggil aku kakak lagi!” Kata Risa Aura kesal, “Aku ini istrimu, Istrimu! Panggil aku Istrimu atau panggil aku dengan panggilan sayang!”

“Ka, eh, I..is..Istriku!” Kata Awan Biru keras, jelas sekali ia menghimpun banyak keberanian untuk mengucapkannya.

“Sekarang, berbaliklah dan lihat wajahku!” Kata Risa Aura tertawa lembut.

Awan Biru menurut, jantungnya bergetar hebat namun ia tetap melakukan apa yang Risa Aura minta. Bagaimanapun Risa Aura lebih dewasa daripadanya, dia pasti lebih tahu apa yang harus dilakukan, Awan Biru hanya perlu menurut.

“Ka..Eh, maaf, I..Istriku..” Kata Awan Biru terpesona ketika memandang wajah Risa Aura, “Kamu cantik sekali”

“Terima kasih,” Kata Risa Aura bergetar. Ia tidak pernah menyangka pujian dari seorang bocah dapat membuat hatinya tak karuan.

Risa Aura maju selangkah dan memeluk Awan Biru lembut didalam dekapan dadanya.

Suami istri itu berdekapan lama sekali, sebelum akhirnya melepaskan diri. Mereka berdua saling berpandang dengan mencinta sebelum akhirnya mendekatkan kedua wajah mereka. Ini merupakan pengalaman yang sangat baru bagi mereka berdua.

Di tempat tersebut, sepasang kekasih itu saling bergulat tidak terpisahkan, desahan-desahan kecil terdengar beberapa kali, dan perlahan tapi pasti pakaian yang mereka kenakan mulai ditanggalkan hingga tidak ada lagi yang menghalangi mereka.

“Aku tidak bisa!” Teriak Awan Biru yang berhasil meraih kewarasannya dengan mendorong tubuh polos Risa Aura menjauh, “Maafkan aku, aku tidak bisa!”

Risa Aura terdiam menatap Awan Biru bingung, mereka berdua tampak terengah-engah. Tidak ada yang tahu sudah berapa lama mereka saling bergulat, namun kenapa Awan Biru berhenti disaat yang penting ini.

“Kenapa, suamiku?” Tanya Risa Aura sambil mengatur napasnya, “Kau tidak perlu takut, aku sudah menjadi istrimu yang sah. Tidak ada satu orangpun yang bisa melarangmu untuk bercinta dengan istrimu sendiri!”

“Bukan begitu,” Ujar Awan Biru menggelengkan kepala,”Guru telah berpesan kepadaku untuk tidak mengambil keperawananmu sekarang!”

“Gurumu? Maksudmu Tetua Leluhur?” Tanya Risa Aura bingung.

Awan Biru mengangguk, kedua matanya memandang Risa Aura dengan pandangan bersalah.

“Boleh kutahu alasannya?” Tanya Risa Aura ketus.

Tidak peduli seberapa berbakatnya dia dalam ilmu silat, tapi Risa Aura tetaplah manusia biasa. Setelah sampai di tahap ini namun tidak bisa meneruskan hasratnya hingga selesai merupakan hal yang sangat menyebalkan. Mau tidak mau Risa Aura merasa kesal!

“Guru bilang, ilmu silat yang kau miliki sangat mengandalkan Qi murni,” Kata Awan Biru, “Selama kamu masih perawan maka ilmu silat yang kamu miliki makin cepat berkembang. Kamu masih sangat muda, sayang jika perkembangan diusia emas dilepas begitu saja!”

Risa Aura menghela napas panjang, siapa sangka ternyata tujuannya adalah ilmu silat miliknya. Risa Aura mengangguk setuju. Baginya ilmu silat adalah sebagaian dari hidupnya, jika Tetua leluhur telah berkata seperti itu tentu hal itu adalah benar.

“Sangat disayangkan,” Ujar Risa Aura kecewa, “Tapi setidaknya kita telah terbuka satu sama yang lain. Bukankah begitu, suamiku?”

“I,itu..” Ujar Awan Biru menundukkan kepala malu ketika mengingat apa yang mereka berdua lakukan.

“Setelah semua yang kau lakukan kepadaku, kamu masih malu?” Tanya Risa Aura tersenyum licik sambil mengangkat dagu Awan Biru.

“A,aku..”

Belum sempat Awan Biru menjawab, Risa Aura telah mencium bibirnya lama.

Malam itu, pasangan suami istri tersebut tidur bersama namun sama sekali tidak melakukan hubungan badan.


Pagi harinya Risa Biru terbangun seorang diri diatas kasur. Tidak ada Awan Biru disebelahnya, sepertinya suaminya itu telah bangun terlebih dulu ketimbang dirinya. Risa Biru hanya tersenyum, ia bangkit berdiri dan memandang tubuhnya dalam keadaan telanjang. Ia tidak terburu-buru untuk berpakaian, ia justru mengamati seluruh tubuhnya dengan sangat seksama untuk mengecek apakah terjadi perbedaan. Bagaimanapun, tadi malam, walaupun tidak melakukan hubungan badan, namun Awan Biru telah melihat dan menyentuh seluruh sudut tubuhnya itu.

Risa Biru hanya bisa tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. Siapa sangka kalau dirinya yang dipandang oleh semua orang bagaikan seorang dewi, bisa berlaku nakal seperti tadi malam.

Risa Biru memakai bajunya. Ia tidak lagi memakai baju murid Kuil Hati Kudus, melainkan baju wanita dewasa dengan dandanan seperti layaknya seorang wanita bersuami di dunia itu. dengan dandanan seperti itu, siapapun dapat melihat kalau dirinya bukan lagi wanita perawan.

“Mulai sekarang namaku adalah Risa Biru,” Ujar Risa berkali kali kepada dirinya sendiri, “Istri sah dari Awan Biru, si murid Agung Kuil Nimia!”

Risa Biru terus menerus mengucapkan kalimat tersebut selama ia berdandan. Ia harus mengisi kebanggaan dirinya akan suaminya sebagai seorang istri yang berbakti.


“Aih, aku lupa untuk memaksanya berjanji tidak akan menikahi wanita lain lagi!” Ujar Risa Biru agak kesal, terlalu banyak hal baru yang terjadi semalam hingga membuatnya lupa.




No comments:

Post a Comment