Saturday, August 12, 2017

PROLOG

Jutaan tahun cahaya dari Bumi, terdapat sebuah Galaksi yang sangat tua dan kuno dan sebuah tatasurya yang mirip tatasurya tempat kita berada sekarang. Adalah Planet Miraj, Planet yang sangat indah dimana para Manusia dapat hidup dan tumbuh serta berkembang. Namun Planet Miraj bukanlah planet yang mudah dihuni seperti di Bumi, tidak, di Planet Miraj terdapat banyak sekali monster yang memangsa manusia dan berulang kali membuat manusia di Planet tersebut terancam punah.

Untuk mengatasi hal tersebut, Manusia menciptakan berbagai teknik silat yang terinsipirasi dari alam dan gerakan-gerakan hewan. Hasilnya sungguh menakjubkan, Manusia berhasil memukul balik para monster dan menjadi ras utama di Planet Miraj itu.

Hari itu merupakan hari yang sangat panas, entah karena Matahari yang bersinar terlalu terang atau karena tempat tersebut telah hancur karena serangan musuh. Disetiap jengkal terdapat darah dan mayat yang berhamburan disana-sini, sungguh pemandangan yang sangat mengerikan.

5 orang biksu melangkahkan kakinya di tengah-tengah bekas medan perang tersebut, mereka berkali-kali mendesah dan mengucapkan, “Semoga dewa berbelas kasih!” ketika melihat korban-korban yang meninggal.

Yang paling tua diantara mereka memakai sebuah tasbih yang sangat besar, walaupun paling tua namun ia berwajah segar melebihi rekan-rekan biksunya yang lain. Walaupun begitu, saat ini raut wajahnya tidak dapat dikatakan baik!


“Kita terlambat!” Ujarnya mau menanggis, “Sungguh, kita para biksu Kuil Nimia tidak tahu diri dan tidak tahu berterima kasih!”

“Abang, jangan menyerah!” Ujar Biksu kedua yang bertubuh paling kurus namun paling tinggi di sebelah Biksu tersebut, namun walaupun berkata seperti itu Biksu itu sudah mengeluarkan derai air mata yang kejar!

“Abang ketiga benar, abang pertama!” Seru Biksu termuda yang gemetar hebat berusaha menahan emosinya, “Saat ini murid-murid kita telah memukul mundur para pendekar kerajaan Wiru!”

“Saat ini keberadaan Bangsawan Biru belum diketahui, masih terlalu cepat bagi kita untuk menyerah!”, Timpal Biksu berbadan gempal

Biksu pertama itu mengangguk, “Adik kedua, apa yang kau katakan itu benar,” Ujar Biksu pertama menahan tangisnya, “Masih terlalu dini bagi kita untuk menyerah!”

Biksu terakhir menggelengkan kepalanya, dia merupakan yang paling realisitis diantara kelima saudara seperguruan tersebut, “Sungguh ini merupakan bencana besar bagi Kuil Nimia! Sejarah dunia akan mencatat kalau Kuil Nimia merupakan Kuil yang tidak tahu membalas budi!”

Mendengar hal tersebut keempat Biksu lain menundukkan kepala berusaha menahan tangis namun tidak berhasil, khususnya Biksu yang bertubuh paling tinggi yang dengan kejar menguraikan air mata. Tidak berapa lama, seorang biksu melesat dan tiba di hadapan kelima Biksu tersebut. Biksu itu merupakan Biksu tingkat tinggi yang berada hanya dibawah kelima Tetua ini.

“Lapor para Tetua,” Ujar biksu tersebut dengan kedua tangan melekat di depan dada dan sedikit menundukkan kepala sebagai tanda salam yang berlaku di kalangan mereka, “Saat ini keadaan sangatlah buruk! Guntur Biru dan keluarganya telah tewas terbunuh, hanya Awan Biru, anak ketiganya, yang tidak ketahuan dimana rimbanya!”

Mendengar laporan tersebut kelima biksu itu langsung berlutut dan menangis kejar lebih dari sebelumnya, bahkan biksu muda itu juga ikut berlutut dan menangis bersama mereka.

“Argh! Argh!” Ujar Biksu tertua sambil memukul-mukul dirinya, “Cahya,Cahya! Kau sungguh sangat bodoh! Kau sudah berlatih silat seumur hidupmu dan telah menjadi sekuat ini namun untuk membalas budi saja kau tidak mampu! Argh!!”

“Abang pertama tenanglah,” Ujar yang lain namun mereka juga tidak bisa berbuat apapun.

“Para Tetua tenanglah,” Ujar Biksu muda itu beruraian airmata, “Aku telah menyuruh saudara-saudara untuk mencari Awan Biru dan tidak beristirahat sebelum mereka berhasil menemukannya!”

“Dahulu kala ketika Kuil Nimia dalam keadaan bahaya dan berulang kali hampir dihancurkan musuh, Langit Biru, pendiri Klan Biru, berulang kali mempertaruhkan nyawa dan seluruh hartanya untuk membantu kita!” Ujar Biksu keempat yang paling realistis meratap, “Setelah itu, antara Kuil Nimia dan keturunan Klan Biru tercipta hubungan yang sangat erat dimana Klan Biru selalu membantu kita baik dalam hal finansial, ilmu silat maupun politik! Kini, hanya 500 tahun semenjak kematian Langit Biru, Klan Biru terancam hancur dan kita, Kuil Nimia, tidak bisa melakukan apa-apa? Lalu, apa gunanya Kuil Nimia menjadi kekuatan beladiri Nomor 1 di dunia ini!”

Biksu keempat itu meratap menggunakan tenaga Qi yang sangat luar biasa hingga terdengar ke seluruh penjuru, semua biksu Kuil Nimia, bahkan hingga ke Pasukan Wiru yang tengah mundur, mendengar ratapan Biksu keempat tersebut.


“Aku bersumpah!” Ujar Biksu Pertama dengan tenaga Qi yang jauh lebih kuat, “Jika klan Biru musnah, maka Kuil Nimia akan menghancurkan Kerajaan Wiru dan seluruh wilayahnya hingga tidak ada tersisa! Bahkan hewan ternak merekapun tidak akan lolos dari amukan ini!”

Sebagai Kuil Silat, Kuil Nimia memang sering terlibat perang dan pertempuran. Namun mereka selalu membatasi diri mereka dalam membunuh, terlebih jika orang tersebut bukanlah pendekar atau tidak ada hubungannya dengan perang. Ancaman seperti ini baru pertama kali terjadi di Planet Miraj dan hasilnya sungguh hebat, para Biksu menanggis dan meraung mendengar ucapan kelima Tetuanya sementara seluruh penduduk kerajaan Wiru langsung bergetar hebat. Sejarah mencatat, keesokan harinya terjadi gelombang pengungsian di seluruh kerajaan Wiru yang menyebabkan hancurnya kerajaan tersebut dan tinggal menjadi sejarah.

Sesudah meratap, keenam biksu itu melesat menuju kereta kuda yang digunakan oleh Guntur Biru. Oleh para muridnya, Guntur Biru dan seluruh keluarga besarnya telah diletakkan berjajar dan dibungkus sebuah kain besar. Setelah keenam biksu itu datang, mereka dan seluruh murid yang ada disitu, berlutut dan memberi hormat ke arah Guntur Biru sebanyak 10 kali, sebuah tanda kalau Guntur Biru benar-benar mempunyai posisi yang penting bagi mereka.

“Abang biru,” Ujar tetua termuda meratap, “Kita tumbuh besar bersama-sama dan abang Biru selalu baik kepadaku. Kau tidak pernah pelit akan apapun terhadapku dan sering sekali memberikanku pil penambah kekuatan sehingga aku menjadi sekuat ini! Abang Biru, jika saja aku tahu akan terjadi hal ini, maka aku akan menolak pil tersebut dan memberikannya semuanya kepadamu! Abang Biru, Abang Biru!!! Argh!!”

“Adik, tahanlah,” Ujar tetua yang lain melihat ratapan adik mereka, “Tenangkan dirimu!”

Namun demikian mereka semua paham perasaan adik mereka. Hubungan Kuil Nimia dan Klan Biru jauh lebih intim daripada yang dapat dibayangkan semua orang. Mereka sedekat saudara dan seintim suami istri. Bahkan ada pepatah yang tercipta karena dekatnya hubungan mereka, “Hanya maut yang mampu memisahkan Nimia dan Biru!”


“Gunakan pengawet agar para jenazah tidak rusak dan bau!” Perintah Tetua pertama kepada murid-muridnya, “Pisahkan jenazah Klan Biru dan para tentaranya dengan para tentara kerajaan Wiru. Kita akan membawa seluruh jenazah Klan Biru dan menguburkannya di tempat yang layak!”

“Bagaimana dengan jenazah kerajaan Wiru?” Tanya murid tertua mereka.

“Potong tiap-tiap bagian dan lemparkan Jenazah tersebut ke tembok-tembok kota kerajaan Wiru dengan alat pelontar!”

Keesokan paginya, sekitar pukul 2 pagi, kelima tetua itu mendapatkan kabar menggembirakan.

“Awan Biru telah diketemukan!” Ujar seorang murid, “Kereta kudanya jatuh ke jurang, beruntung Awan Biru dapat diselamatkan namun selain dirinya tidak ada lagi yang selamat!”

Kelima Tetua itu tidak berkata apapun melainkan menggunakan Qi terkuat mereka untuk melesat cepat menuju kereta kuda. Setibanya mereka disana, mereka melihat seorang anak pria berusia sekitar 7 tahun tengah berbaring diatas kasus sederhana dengan tidak sadarkan diri.

Melihat Awan Biru tidak sadarkan diri, Tetua Kedua yang mahir ilmu pengobatan langsung mendekati dan menggunakan Qi untuk mengecek keadaannya. Tidak berapa lama senyum Tetua Kedua mulai terpancar dari wajahnya, itulah senyum pertamanya semenjak beberapa hari terakhir ini.

“Ini Mujizat! Sungguh dewa berbelas kasih!” Ujarnya girang kepada saudara-saudara, “Tidak ada masalah dengan keadaan anak ini. dia hanya kelelahan baik fisik dan mental!”

Keempat Tetua lain perlahan tersenyum ketika mendengar hal itu, terlebih tetua kelima yang merupakan saudara angkat dengan ayah anak itu.

“Dewa sungguh berbelas kasih!” Ujar seorang demi seorang secara berulang-ulang, jelas sekali mereka sangat bersyukur.

“Abang, apa yang harus kita lakukan dengan anak ini?” Tanya Tetua keempat, “Anak ini, dia, tidak mungkin menjadi seorang biksu, kan?”

Tetua pertama menggelengkan kepalanya.

“Tentu saja tidak!” Ujar Tetua pertama tegas, “Dia akan menjadi murid langsung dari guru kita! Dia tidak akan menjadi biksu! Dia akan menikah dengan banyak wanita dan mempunyai banyak anak dari mereka semua! Ketika dia dewasa dia akan menjadi raja dari sebuah kerajaan yang sangat kuat dan dari dialah kejayaan Klan Biru akan bangkit! Sama seperti Langit Biru membuat Kuil Nimia menjadi Kuil silat terkuat di seluruh Miraj, maka Kuil Nimia akan membuat Awan Biru, keturunan terakhir Klan Biru menjadi raja dari sebuah Kerajaan yang terkuat dan terbesar diseluruh Miraj!”

Tetua pertama sangat gemetar ketika mengucapkan hal ini, setiap katanya dalam dan begitu kuat. Ia seperti tidak sedang berkata-kata namun lebih seperti sedang bersumpah kata demi kata! Namun kesungguhan Tetua pertama merasuk dalam ke tetua lainnya bahkan hingga ke seluruh murid-murid generasi senior.

“Aku pasti akan mendukung hal itu!” Ujar seorang tetua dengan yang lain sungguh-sungguh, “Aku bersumpah akan mewujudkan hal tersebut!”















No comments:

Post a Comment